Entrepreneurship adalah Pilihan

pilihanSaat ini sebagian orang berpendapat bahwa Entrepreneurship adalah satu-satunya pilihan untuk menjadi sukses dan bahagia dalam hidup. Hal tersebut umumnya dimunculkan dalam berbagai artikel, buku, majalah atau seminar-seminar yang berhubungan dengan Entrepeneurship. Namun saya kurang sependapat dengan ide tersebut, menurut saya menjadi pengusaha adalah sebuah PILIHAN. Saya menjadi pengusaha karena itu pilihan yang mulia dan sama mulianya dengan keputusan orang lain untuk menjadi karyawan, profesional, ataupun self-employed.

Menurut saya hal ini penting untuk dipikirkan karena dalam berbagai kuliah, pelatihan dan lokakarya yang saya ampu saya seringkali berinteraksi dengan peserta yang berpikir bahwa menjadi pengusaha adalah satu-satunya pilihan dalam hidup untuk bisa kaya, sukses, dan bahagia. Sering sekali saya berdiskusi dengan mereka yang ikut latah menjadi pengusaha sebagai akibat pemahaman yang kurang tepat mengenai esensi entrepreneurship. Tentu saja saya sepakat bahwa semua orang berhak dan pasti bisa berhasil menjadi pengusaha. Namun dengan memaksakan diri mengikuti tren menjadi pengusaha tanpa dibarengi dengan persiapan mental dan teknis yang memadai merupakan tindakan yang kurang bijaksana.

Selain itu saya berpendapat bahwa orang wajib happy dengan pilihannya untuk menjadi pengusaha. Kalau dari awal orang tidak bahagia dengan pilihannya sebagai pengusaha maka dia telah memikul beban tambahan yang makin memberatkan langkahnya untuk menjadi pengusaha yang sukses.

Berdasarkan hasil diskusi saya dengan beberapa rekan dan sahabat dalam sesi coaching, saya mengidentifikasi adanya pola yang membedakan mereka yang memilih menjadi pengusaha karena panggilan hidupnya dengan mereka yang menjadi pengusaha karena latah atau karena tren semata. Pada umumnya mereka yang memutuskan menjadi pengusaha karena pilihan hidupnya akan memiliki determinasi yang jauh lebih besar dibanding mereka yang latah. Determinasi menjadi faktor penting karena pada fase awal usaha pada umumnya timbul tantangan yang berpotensi mengikis motivasi kita. Pada titik tertentu bila tantangan tersebut hadir secara beruntun maka determinasi dan komitmen kita akan diuji. Fakta menunjukkan bahwa mereka yang menentukan pilihan hidup untuk menjadi pengusaha akan lebih tahan menghadapi tantangan yang ada dibanding mereka yang latah atau ikut-ikutan tren sesaat.Entrepreneurship jelas sebuah pilihan, jadi kalau Anda memang telah memilih dan memutuskan menjadi pengusaha maka pastikanlah Anda memilih dengan kepala dingin dan mengikuti kata hati Anda. Jangan sekali-kali pilihan tersebut Anda buat hanya karena Anda mengikuti kata buku ini, kata seminar, kata majalah, kata koran, kata pak anu, kata bu itu, dsb. Memutuskan menjadi pengusaha memiliki konsekuensi untuk mengubah secara radikal mindset (prinsip berpikir) dan lifestyle (gaya hidup) Anda. Oleh karena itu sekali Anda memilih untuk menjadi pengusaha, maka Anda wajib berkomitmen untuk berpikir dan bertingkah laku sebagai seorang pengusaha.

Salah satu contoh paling riil dari hal tersebut adalah fenomena Kafe Tenda di sekitar awal 2000an. Waktu itu banyak orang berbondong-bondong mengadu peruntungan bisnis mereka dengan membuka kafe tenda, mereka datang dari berbagai macam golongan mulai dari pekerja kantoran, pejabat, hingga para artis. Selain kafe tenda banyak lagi contoh seperti Kedai Pisang Goreng Kalimantan atau fenomena franchise berbagai macam jenis usaha. Namun sekarang berapa banyak yang bisa bertahan?

Mereka yang mendirikan usaha karena ikut-ikutan tren sesaat akan dengan mudahnya memutuskan untuk balik kanan dan melarikan diri dari tantangan yang ada. Lain halnya dengan mereka yang memang memutuskan membuka kafe karena passion-nya. Salah satu yang bertahan (dan semakin sukses) adalah rekan sekaligus mentor saya, Rene Canoneo, yang membuka kafe karena itulah panggilan hidupnya. Rene bisa bertahan dan sukses karena baginya menjadi pengusaha adalah pilihan hidup yang dipilihnya, bukan karena mengikuti kata orang atau tren sesaat.

Kesimpulannya, pastikanlah bahwa keputusan menjadi pengusaha merupakan PILIHAN Anda sendiri dan Anda wajib bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pilihan tersebut. Bukan karena bujuk rayu dari buku ini, menurut seminar, kata Pak Anu, Bu Itu, artikel koran, majalah, dsb. – @BHS


Entrepreneurship adalah Pilihan

Saat ini sebagian orang berpendapat bahwa Entrepreneurship adalah satu-satunya pilihan untuk menjadi sukses dan bahagia dalam hidup. Hal tersebut umumnya dimunculkan dalam berbagai artikel, buku, majalah atau seminar-seminar yang berhubungan dengan Entrepeneurship. Namun saya kurang sependapat dengan ide tersebut, menurut saya menjadi pengusaha adalah sebuah PILIHAN. Saya menjadi pengusaha karena itu pilihan yang mulia dan sama mulianya dengan keputusan orang lain untuk menjadi karyawan, profesional, ataupun self-employed.

Menurut saya hal ini penting untuk dipikirkan karena dalam berbagai kuliah, pelatihan dan lokakarya yang saya ampu saya seringkali berinteraksi dengan peserta yang berpikir bahwa menjadi pengusaha adalah satu-satunya pilihan dalam hidup untuk bisa kaya, sukses, dan bahagia. Sering sekali saya berdiskusi dengan mereka yang ikut latah menjadi pengusaha sebagai akibat pemahaman yang kurang tepat mengenai esensi entrepreneurship. Tentu saja saya sepakat bahwa semua orang berhak dan pasti bisa berhasil menjadi pengusaha. Namun dengan memaksakan diri mengikuti tren menjadi pengusaha tanpa dibarengi dengan persiapan mental dan teknis yang memadai merupakan tindakan yang kurang bijaksana.

Selain itu saya berpendapat bahwa orang wajib happy dengan pilihannya untuk menjadi pengusaha. Kalau dari awal orang tidak bahagia dengan pilihannya sebagai pengusaha maka dia telah memikul beban tambahan yang makin memberatkan langkahnya untuk menjadi pengusaha yang sukses.

Berdasarkan hasil diskusi saya dengan beberapa rekan dan sahabat dalam sesi coaching, saya mengidentifikasi adanya pola yang membedakan mereka yang memilih menjadi pengusaha karena panggilan hidupnya dengan mereka yang menjadi pengusaha karena latah atau karena tren semata. Pada umumnya mereka yang memutuskan menjadi pengusaha karena pilihan hidupnya akan memiliki determinasi yang jauh lebih besar dibanding mereka yang latah. Determinasi menjadi faktor penting karena pada fase awal usaha pada umumnya timbul tantangan yang berpotensi mengikis motivasi kita. Pada titik tertentu bila tantangan tersebut hadir secara beruntun maka determinasi dan komitmen kita akan diuji. Fakta menunjukkan bahwa mereka yang menentukan pilihan hidup untuk menjadi pengusaha akan lebih tahan menghadapi tantangan yang ada dibanding mereka yang latah atau ikut-ikutan tren sesaat.Entrepreneurship jelas sebuah pilihan, jadi kalau Anda memang telah memilih dan memutuskan menjadi pengusaha maka pastikanlah Anda memilih dengan kepala dingin dan mengikuti kata hati Anda. Jangan sekali-kali pilihan tersebut Anda buat hanya karena Anda mengikuti kata buku ini, kata seminar, kata majalah, kata koran, kata pak anu, kata bu itu, dsb. Memutuskan menjadi pengusaha memiliki konsekuensi untuk mengubah secara radikal mindset (prinsip berpikir) dan lifestyle (gaya hidup) Anda. Oleh karena itu sekali Anda memilih untuk menjadi pengusaha, maka Anda wajib berkomitmen untuk berpikir dan bertingkah laku sebagai seorang pengusaha.

Salah satu contoh paling riil dari hal tersebut adalah fenomena Kafe Tenda di sekitar awal 2000an. Waktu itu banyak orang berbondong-bondong mengadu peruntungan bisnis mereka dengan membuka kafe tenda, mereka datang dari berbagai macam golongan mulai dari pekerja kantoran, pejabat, hingga para artis. Selain kafe tenda banyak lagi contoh seperti Kedai Pisang Goreng Kalimantan atau fenomena franchise berbagai macam jenis usaha. Namun sekarang berapa banyak yang bisa bertahan?

Mereka yang mendirikan usaha karena ikut-ikutan tren sesaat akan dengan mudahnya memutuskan untuk balik kanan dan melarikan diri dari tantangan yang ada. Lain halnya dengan mereka yang memang memutuskan membuka kafe karena passion-nya. Salah satu yang bertahan (dan semakin sukses) adalah rekan sekaligus mentor saya, Rene Canoneo, yang membuka kafe karena itulah panggilan hidupnya. Rene bisa bertahan dan sukses karena baginya menjadi pengusaha adalah pilihan hidup yang dipilihnya, bukan karena mengikuti kata orang atau tren sesaat.

Kesimpulannya, pastikanlah bahwa keputusan menjadi pengusaha merupakan PILIHAN Anda sendiri dan Anda wajib bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pilihan tersebut. Bukan karena bujuk rayu dari buku ini, menurut seminar, kata Pak Anu, Bu Itu, artikel koran, majalah, dsb.

Apa itu Entrepreneurship? (Revisited)

Apa itu Entrepreneurship? Meski kata ini sangat populer akhir-akhir ini, namun tak ada salahnya kalau kita coba memahami definisi dan makna sebenarnya dari kata ini. Sering juga disebut dengan kewirausahaan, terdapat banyak sekali definisi dari Entrepreneurship. Salah satu definisi yang menurut saya mudah dipahami adalah definisi dari Bapak Manajemen Modern, Peter F. Drucker. Drucker mendefinisikan Entrepreneurship sebagai ”… aktivitas yang konsisten dilakukan untuk mengkonversi ide-ide yang bagus menjadi aktivitas yang menguntungkan”. Kata kunci dari definisi yang disampaikan oleh Drucker adalah: Konsistensi, Konversi, Ide-ide, dan Menguntungkan.

Dengan kata lain sangatlah jelas bahwa Entrepreneurship membutuhkan adanya suatu aktivitas yang konsisten dari Entrepreneur guna memperoleh keuntungan dari hasil konversi ide-ide bisnisnya. Awal dari Entrepreneurship adalah ide-ide bisnis yang cemerlang dan berpangkal pada timbulnya keuntungan dari aktivitas tersebut. Hal lain yang penting menurut Drucker guna menjamin kesuksesan proses tersebut adalah konsistensi dari entrepreneur untuk melakukan setiap aktivitasnya. Konsistensi yang diikuti dengan determinasi atau sikap pantang menyerah merupakan karakter fundamental yang wajib dimiliki oleh mereka yang ingin sukses sebagai entrepreneur.

Selain definisi tersebut guna lebih mempermudah pemahaman terhadap Entrepreneuship. saya merumuskan satu definisi Entrepreneurship yang terilhami oleh formula tentang energi yang diciptakan oleh Albert Einstein, yakni formula:

E=mc2

E: Entrepreneurship, m: Maximum Effort, c: Commitment dan c:Creativity.

Menurut saya, Entrepreneurship adalah kolaborasi dari adanya Maximum Efforts atau usaha yang maksimal dari individu atau kelompok individu yang terlibat dalam proses tersebut, dan adanya Commitment (Komitmen) dari pihak yang terkait untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, serta kreativitas untuk menemukan dan menjalankan ide-ide bisnis yang tepat sasaran.

Maximum Efforts berarti adanya keputusan untuk menjalankan setiap aktivitas yang diperlukan dengan semangat dan kesungguhan100%. Berdasarkan pengalaman pribadi dan juga hasil berguru pada para pengusaha yang berhasil, saya menemukan pola yang sama diantara mereka yakni bahwa setiap usaha meraka pasti dijalankan dengan kesungguhan melebihi ekspektasi yang disampaikan pihak lain kepada sang pengusaha. Fakta di lapangan mengajarkan kepada saya bahwa mereka yang dari mulanya hanya berniat “mencoba” untuk berusaha umumnya tidak akan bertahan lama dalam bisnis tersebut dan kalaupun bertahan tidak akan beranjak dari posisinya sebagai medioker. Kalimat bijak yang paling menginspirasi saya sehubungan dengan hal ini adalah “Man jadda wajada” yang bermakna “barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan mencapai tujuan yang diinginkan”. Oleh karena itu bila Anda memang berminat untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses maka pastikanlah Anda menjalankannya segenap hati dan dengan penuh kesungguhan. Karena jika tidak maka bisa jadi Anda akan membuang waktu percuma dalam hidup Anda.

Commitment atau komitmen adalah kunci penting dalam kesuksesan berbisnis. Tanpa adanya komitmen dari individu atau kelompok individu yang bersangkutan maka bisa dipastikan bisnis tersebut tidak akan bertahan lama. Komitmen sangat erat hubungannya dengan TRUST atau kepercayaan diantara individu yang terlibat. Tanpa adanya komitmen yang kuat dari semua pihak maka tidak akan terbentuk trust yang merupakan fondasi penting dari kelangsungan suatu bisnis. Komitmen dalam konteks bisnis berhubungan dengan komitmen untuk fokus pada aktivitas bisnis, komitmen waktu,  komitmen finansial, dan komitmen pemenuhan janji kepada stakeholders yang terlibat seperti pada konsumen, karyawan, supplier, bank, pemerintah, dsb. Sangatlah penting untuk meninjau komitmen dari diri Anda sendiri dan semua pihak yang terkait sebelum memulai bisnis. Intinya sekali berkomitmen maka wajib kiranya untuk melakukan hal apapun guna memenuhi komitmen tersebut.

1% action atau tindakan nyata jauh lebih bermanfaat daripada 99% wacana

Creativity atau kreativitas berhubungan dengan kelihaian dari pengusaha untuk mengendus setiap peluang sekecil apapun yang ada dan mengolahnya menjadi suatu bisnis yang menguntungkan (profitable) dan bertahan lama (sustainable). Selain lihai mengidentifikasi setiap peluang yang ada, pengusaha yang berhasil memiliki karakter untuk menindaklanjutinya dengan ACTION atau tindakan yang nyata. Juga tak kalah pentingnya adalah kreativitas pengusaha untuk menghadapi dan menyelesaikan setiap tantangan yang ada. Realitas yang ada menunjukkan bahwa semua pengusaha berhasil bisa dipastikan pada masa-masa tertentu akan menghadapi tantangan dalam bisnis. Hal tersebut seyogyanya dimaknai sebagai suatu proses upgrading untuk membawanya ke level yang lebih tinggi. Kreativitas tidak turun dari langit dan oleh karenanya bisa dipelajari oleh semua orang yang memiliki kemampuan.

Definisi tersebut di atas saya formulasikan dengan maksud untuk mempermudah pemahaman awal tentang Entrepreneurship. Namun mulai dari awal hingga akhir, Anda akan menemukan bahwa blog ini merupakan blog yang berorientasi pada ACTION (Action Oriented), karena saya percaya bahwa 1% action atau tindakan nyata jauh lebih bermanfaat daripada 99% wacana. @Betley15092010

Kategori Tujuan

Secara garis besar terdapat dua jenis tujuan, yaitu Ultimate Objective dan Intermediary Objective. Ultimate Objective merupakan tujuan paling utama yang Anda inginkan dalam hidup Anda sedangkan Intermediary Objective adalah tujuan antara yang sifatnya lebih temporer dan jangka pendek. Sedangkan ditinjau dari jenisnya, terdapat beberapa jenis tujuan yakni:

1. Karir/Bisnis

Tujuan ini berhubungan dengan dunia karir atau bisnis Anda. Apakah karir idaman Anda di masa datang? Posisi apa yang Anda idam-idamkan? Apakah Anda ingin menjadi profesional atau entrepreneur? Jenis bisnis apa yang ingin Anda tekuni? Penghargaan apa yang ingin Anda peroleh dalam dunia karis/bisnis?

2. Finansial

Tujuan ini seringkali disalahartikan sebagai satu-satunya tujuan dalam hidup. Berapakah uang yang Anda perlukan? Investasi apa yang Anda idamkan di masa depan? Berapa properti yang ingin Anda miliki? Berapa tabungan yang hendak Anda miliki? Lifestyle seperti apa yang Anda ingin jalankan dengan uang Anda?

3. Sosial

Bagaimana kehidupan sosial Anda di masa depan? Seperti apakah pandangan masyarakat terhadap Anda yang Anda inginkan? Status sosial seperti apa yang Anda dambakan? Teman dan sahabat seperti apa yang ingin Anda miliki? Organisasi sosial apa yang Anda inginkan untuk bergabung? Kontribusi apa yang hendak Anda berikan untuk masyarakat?

4. Pengembangan Diri/Mental

Ketrampilan apa yang ingin Anda miliki di masa datang? Training atau workshop apa yang ingin Anda ikuti untuk meningkatkan kemampuan personal Anda? Apakah Anda berencana untuk mengambil pendidikan yang lebih tinggi? Apa hobby yang ingin Anda tekuni?

5. Fisik

Tujuan ini berhubungan dengan kondisi tubuh Anda. Apakah harapan Anda untuk tubuh Anda? Apakah Anda ingin bugar? Bagaimana pola makan yang Anda kehendaki? Bagaimana postur ideal yang Anda kehendaki? Apakah Anda hendak memulai program diet dan berolahraga?

6. Keluarga

Apakah kehidupan keluarga yang ideal menurut Anda di masa depan? Apakah Anda ingin meluangkan waktu yang lebih banyak bersama keluarga? Apakah Anda ingin mengembangkan hubungan komunikasi antara Anda dan pasangan atau dengan anak-anak? Apa rencana Anda untuk menjalin keakraban dengan seluruh keluarga besar Anda? Apa ide Anda untuk membahagiakan orang tua Anda?

7. Spiritual

Pada umumnya ujung dari suatu tujuan hidup manusia adalah tujuan spiritual. Bagaimanakah kehidupan spiritual yang Anda harapkan di masa depan? Apakah Anda ingin menunaikan ibadah haji/umroh atau berziarah ke Yerusalem/Lourdes? Bagaimana rencana pengembangan kehidupan spiritualitas Anda? Apakah Anda merasa batin Anda kosong dan memerlukan pengembangan spiritualitas? Apakah Anda tertarik untuk bergabung dengan organisasi keagamaan? @Betley14092010

How to Series – Strategi Memilih Partner Bisnis

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk berdiskusi dengan Bisma, seorang pengusaha yang berbasis di Bandung. Bisnis yang digelutinya adalah bisnis alat-alat telekomunikasi dan juga proyek-proyek teknologi informasi yang masih berhubungan dengan bidang telekomunikasi. Sebenarnya kami berdua memulai bisnis pada rentang waktu yang sama, yakni sekitar tahun 2002. Waktu itu saya masih berstatus freelance dan bekerja di luar jam kerja sedangkan dia sudah memutuskan terjun full time dan keluar dari tempatnya bekerja di salah satu BUMN terkemuka. Namun sayangnya selang tujuh tahun kemudian bisa dibilang keadaan bisnis Bisma belum banyak berubah dan masih berkutat melayani klien berskala kecil dengan omset yang relatif masih kecil pula.  Padahal saya tahu persis bahwa solusi produk yang dimilikinya memiliki kualitas yang istimewa dan di atas rata-rata kualitas produk yang ada di pasar. Ketika hal tersebut saya utarakan kepada Bisma dan kemudian diikuti dengan diskusi panjang lebar, barulah saya ketahui beberapa hal yang membuat bisnisnya kurang cepat berkembang.

Dari hasil diskusi kami, diperoleh beberapa kesimpulan bahwa akselerasi bisnisnya kurang cepat dikarenakan beberapa faktor. Pertama, lokasi bisnisnya yang terletak di Bandung ternyata sedikit banyak telah membuatnya kesulitan untuk menembus pasar utama bisnisnya yang terletak di Jakarta. Meski jarak Bandung-Jakarta relatif dekat, namun faktanya dengan tingkat persaingan yang sangat sengit maka agak susah baginya untuk bersaing dengan vendor lokal di Jakarta. Kedua, Bisma ternyata masih mengerjakan proyek yang sifatnya masih dominan Custom-built Solutions alias berdasarkan pesanan dari klien. Meski memiliki beberapa solusi produk yang seharusnya bisa dijadikan Product Package namun ternyata dia belum berhasil membuatnya menjadi solusi produk siap jual. Bagaimanapun juga berdasarkan pengalaman penulis, menjual produk yang telah siap akan jauh lebih mudah dibanding menjual produk yang sifatnya berdasarkan pesanan. Hal tersebut dikarenakan karakter produk yang ditawarkan cenderung mengarah ke produk komoditi dan bukannya produk couture yang memang diproduksi sesuai pesanan pengguna. Ketiga, latar belakang Bisma adalah teknis dan membuatnya lebih banyak berpikir dalam kerangka yang sangat teknikal. Hal tersebut telah membuatnya terbelenggu dalam sudut pandang teknis sehingga beberapa kali melewatkan kesempatan bisnis yang luar biasa.

Setelah menemukan kesimpulan tersebut maka arah diskusi kami sekarang bergeser untuk mencari solusi yang terbaik bagi dia guna meningkatkan akselerasi bisnisnya supaya dapat bersaing dengan pemain lainnya di bidang ini. Soal lokasi bisnis yang di Bandung, dia sepakat untuk membuka perwakilan penjualan dan layanan servis di Jakarta (Sales & Service Point) yang dia harapkan akan membuatnya menjadi lebih responsif dalam memenuhi permintaan pasar dan memberikan layanan purna jual kepada kliennya. Sedangkan soal solusi Product Package dia juga sudah memikirkannya dan berdasarkan analisisnya setidaknya terdapat beberapa produk yang siap untuk dikemas menjadi paket lengkap dengan branding dan strategi pemasarannya.

Sedangkan untuk mengatasi tantangan yang ketiga, soal business skill, Bisma secara terbuka mengakui bahwa dia memiliki kelemahan dalam aspek tersebut. Dengan latar belakang teknis yang sangat kental, Bisma kurang memiliki intuisi bisnis yang kuat guna mengendus peluang yang ada serta mengubahnya menjadi keberuntungan bagi bisnisnya. Melihat situasi semacam itu, saya merekomendasikan Bisma untuk berkolaborasi dengan partner lain yang memiliki latar belakang bisnis yang kuat. Sebagaimana Bill Gates yang meraih sukses luar biasa setelah berkolaborasi dengan Steve Ballmer maka saya merekomendasikan Bisma untuk bekerjasama dengan partner lainnya guna membawa bisnisnya ke level selanjutnya. Saya ilustrasikan bahwa lebih baik memiliki 60% saham dengan omset 1 miliar dibandingkan dengan memiliki 100% saham dengan omset 100 juta.

Pertanyaan yang lantas muncul dari Bisma adalah “Bagaimana memilih partner bisnis yang tepat untuk saya?” Pertanyaan yang tampaknya sederhana namun sangat tidak sederhana jawabannya. Menurut saya faktor manusia adalah merupakan faktor yang paling menantang untuk ditangani dalam sebuah bisnis karena manusia memiliki sifat yang sangat unpredictable hampir dalam semua aspek. Namun demikian saya percaya tidak ada sesuatu hal yang sulit selama kita memiliki keyakinan dan kemauan kuat untuk mengatasinya.

Untuk berkembang dengan lebih cepat, saya memutuskan bekerjasama dengan beberapa partner. Kerjasama tersebut tidaklah selamanya mulus karena sudah beberapa kali saya gagal dalam bekerjasama dikarenakan beberapa faktor, yang paling umum adalah faktor hilangnya kepercayaan yang berhubungan dengan hal keuangan, komitmen, dan kinerja. Meski demikian saya tidak kapok bekerjasama dengan partner karena saya yakin pasti ada partner bisnis yang tepat bagi saya. Berdasarkan beberapa pengalaman tersebut, berikut adalah beberapa hal yang saya rekomendasikan bagi Bisma dalam upayanya mencari partner bisnis yang tepat:

1. Dengarkanlah Intuisi Anda!

Sebagian orang merasa dengan bekal pendidikan yang tinggi, apalagi titel MBA, maka mereka berpendapat semua hal bisa dianalisis dengan serangkaian tools analisis yang ada. Padahal berdasarkan pengalaman saya hal tersebut tidaklah tepat 100%. Alat-alat analisis tersebut memang berguna, namun ujungnya semua kembali pada itikad atau motif dari pihak-pihak yang bekerjasama. Dan satu-satunya alat yang bisa digunakan untuk menganalisis hal tersebut adalah intuisi kita yang berasal dari lubuk hati terdalam. Memang tidak mudah menggali hal tersebut, namun dengan latihan yang tepat dan konsisten maka hal tersebut bisa dilakukan. Ada baiknya Anda berlatih teknik-teknik NLP guna menganalisis kejujuran orang dari pandangan mata mereka, karena mata adalah benar-benar jendela hati. Selain itu jangan lupa menelisik jatidiri dan rekam jejak calon partner Anda beserta masukan dari orang-orang yang Anda percayai. Tetapi ingatlah selalu bahwa suara hati Anda dari lubuk yang terdalam merupakan suara yang paling jujur dan bisa dipercaya.

2. Pilih Partner yang Relevan

Relevan disini bermakna sebaiknya Anda memilih partner yang bisa memberikan advantage jangka panjang bagi kelangsungan bisnis Anda. Advantage tidak semata berupa suntikan modal dalam bentuk materi namun lebih berarti pada kontribusi pengalaman bisnis, networking bisnis, infrastruktur penunjang, dan back-up untuk kondisi bisnis dikala situasi sulit. Pilihlah partner yang bisa mendorong bisnis Anda ke tahap selanjutnya dengan cepat dan berorientasi ke masa depan.

3. Carilah Partner yang Kompatibel dengan Anda

Sebelum memulai kerjasama, Anda harus memastikan bahwa kepribadian calon partner harus kompatibel dengan kepribadian Anda. Kompatibel disini bukan berarti harus berkepribadian sama atau sejenis namun alangkah baiknya bila partner Anda bisa melengkapi potensi yang Anda miliki. Sinergi yang terjalin dari hal tersebut akan menghasilkan sesuatu kekuatan yang akan mendorong bisnis Anda maju dengan lebih cepat dan konsisten.

4. Sebisa Mungkin Pilih Silent Partner

Sebagai pengelola bisnis (active partner), apabila memungkinkan saya merasa lebih nyaman bekerjasama dengan partner yang bersifat silent partner (pasif) karena hal tersebut akan memberikan keleluasaan bagi saya untuk merancang dan mengeksekusi strategi bisnis yang ada. Silent partner tentu bukan bermakna partner yang hanya menanam modal materi lantas tidak berkontribusi lainnya. Partner tetap diharapkan untuk memberikan masukan dan pandangannya dalam pengambilan keputusan bisnis yang penting namun tidak sampai terjun ke hal-hal yang bersifat detil operasional. Dalam pengalaman saya agak susah bekerjasama dengan partner yang terlibat dalam hal detil operasional karena akan menghambat proses pengambilan keputusan dan memperbesar potensi konflik.

5. Landasan Hukum yang Memadai

Meski semua berpulang pada motif dan niat baik seseorang, namun dalam sebuah kerangka bisnis tetaplah diperlukan suatu landasan legal formalistik yang memadai. Landasan hukum tersebut akan menjamin tersedianya perlindungan hak dan penjabaran kewajiban yang jelas dan terdokumentasi beserta konsekuensinya. Hal ini akan mengurangi resiko sengketa yang muncul di kemudian hari.

Kerjasama bisnis yang baik dan berhasil ibaratnya bibit tanaman yang harus senantiasa disemai dan dirawat dengan baik untuk memperoleh hasil panen seperti yang diharapkan. Juga kemampuan untuk mengatasi hama dan gulma yang ada.

Kelima faktor yang saya sampaikan kepada Bisma tersebut berdasarkan atas pengalaman saya bekerjasama dengan beberapa partner. Dengan adanya itikad yang baik dari semua pihak serta kemauan yang keras untuk berhasil maka niscaya keutuhan dan keberhasilan bisnis ada di depan mata. @Betley-191209

Wirausaha? Ini Soal Mindset! (Final)

superhero-mindset10. Kembangkan Jaringan yang Luas (Networking)

Jaringan relasi bisnis yang luas merupakan suatu faktor yang penting guna mendorong keberhasilan Anda sebagai pengusaha. Menurut Hofstede (2001), seorang ahli budaya bisnis, secara umum orang Indonesia dapat dikategorikan sebagai orang yang bersifat High Context dan komunal yang berarti membutuhkan interaksi yang lebih dalam guna menjalin hubungan bisnis yang erat.

Dalam pengalaman saya kedekatan kita secara personal dengan calon konsumen akan sangat membantu kita untuk dapat memahami kemauannya sehingga memudahkan kita dalam melayani mereka. Oleh karena itu referensi ataupun rekomendasi dari seseorang yang memiliki keterkaitan dengan calon konsumen kita menjadi suatu hal yang penting daam konteks bisnis di Indonesia. Efek lain dari hal ini adalah tumbuh suburnya peran dari perantara (broker) dalam bisnis di Indonesia yang berpotensi merugikan kita karena akan mengurangi margin kita.

Untuk menyiasati hal ini maka sebaiknya kita berusaha menjalin kontak yang lebih luas dengan berbagai cara, misalnya: aktif dalam asosiasi bisnis, aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan, aktif menjadi pembicara, menjadi anggota komunitas bisnis, dsb. Gunakan setiap kesempatan yang ada untuk menjalin kontak-kontak bisnis baru karena Anda akan merasakan manfaatnya suatu saat nanti. Namun perlu diingat bahwa kita wajib menerapkan aspek resiprokal dalam menciptakan suatu relasi yang sehat. Maksudnya ialah bahwa Anda juga wajib memberi bantuan kepada relasi Anda bilamana mereka memerlukannya dan bukannya semata-mata meminta bantuan dari mereka.

11. Bersikaplah Tulus

Hal ini tampaknya mudah dikatakan namun sangat sangat susah untuk dilakukan. Bersikap tulus dalam setiap kesepakatan bisnis akan membuat Anda menjadi orang yang dapat dipercaya dan pada akhirnya akan mendorong keberhasilan usaha Anda. Semua orang tidak akan suka berbisnis dengan orang yang licik dan memiliki terlalu banyak agenda terselubung dalam benaknya yang ujungnya akan merugikan pihak lain. Ini soal moral dan etika oleh karena itu hal ini sangat tergantung dari diri Anda sendiri.

12. Jagalah Integritas Anda

Integritas dan reputasi merupakan suatu komponen yang wajib Anda pelihara sekuat tenaga sampai akhir hayat Anda. Lebih baik mengalami kerugian finansial dibanding kerugian dikarenakan hancurnya reputasi yang telah susah payah kita bangun. Sebagai pengusaha saya berulangkali mengalami kerugian finansial yang tidak sedikit guna menyelamatkan reputasi dan integritas perusahaan kami. Namun tentu saja kerugian finansial itu tidak sebanding dengan reputasi dan integritas perusahaan yang sedang coba kami bangun.

Meski tampaknya besar tetapi sebenarnya lingkup suatu industri di Indonesia adalah sangat sempit. Kalau Anda sadari, dalam suatu sektor industri maka pihak-pihak yang terlibat (stakeholders) seperti konsumen, pesaing, dan pemasok sebenarnya adalah orang yang itu-itu saja. Maka sekali rusak reputasi Anda maka sudah pasti Anda akan mengalami kesulitan untuk terus bertahan dalam sektor industri tersebut.  Sehingga menjaga kepercayaan dari pihak lain dalam bisnis adalah mutlak adanya. Hal ini terutama berkaitan dengan pemenuhan janji kualitas, janji waktu,  dan dalam urusan hutang piutang.

13. Mulailah Berinvestasi pada Diri Anda

Peter F. Drucker (Guru Manajemen Dunia) dikenal memiliki kebiasaan unik untuk senantiasa mempelajari dua hal baru setiap bulan. Oleh karena itu Drucker memiliki sangat banyak keterampilan mulai dari ilmu pengembangan diri, menulis novel fiksi,  hingga masalah tanaman. Dia sangat menyadari bahwa setiap pengetahuan baru akan sangat mendukung kemampuannya guna menciptakan strategi-strategi bisnis baru yang fenomenal.

Oleh karena itu ada baiknya bahwa Anda sebagai seorang pengusaha juga menginvestasikan sesuatu untuk diri Anda sendiri. Investasi tersebut dapat berupa pelatihan atau kursus-kursus yang dapat membantu meraih tujuan Anda dengan lebih efektif dan efisien. Orang sering salah mengira bahwa pendidikan berhenti setelah mereka menamatkan pendidikan sarjana atau paska sarjana mereka. Padahal pendidikan terbaik itu sejatinya adalah pendidikan dalam kehidupan yang tidak akan pernah berakhir (life-long learning). Dengan mengikuti pendidikan singkat di sela-sela kesibukan Anda maka Anda akan memperoleh banyak perspektif baru yang akan sangat membantu Anda guna bekerja dengan lebih efektif dan efisien.

14. Wujudkanlah Mimpi Anda

Hal ini merupakan hal yang terpenting dalam bagian ini. Adalah sangat tipis diantara “dream” dan “dreamer” atau antara “mimpi” dan “pemimpi”. Seornag pemimpi tidak akan sampai kemanapun karena tidak berusaha mewujudkan mimpi-mimpinya. Sebagai manusia Anda berhak memiliki mimpi setinggi langit, namun tanpa kemauan dan kerja keras guna mewujudkan mimpi itu maka Anda hanyalah seorang pemimpi.

Bila Anda memiliki harapan, maka betapapun sulit tampaknya cobalah untuk menghidupkan mimpi tersebut. Mulailah dengan hal yang praktis dan sederhana namun dijalani dengan konsisten. Bukankah pepatah bijak kuno berbunyi “a thousand miles of journey begins wih a single step”? Buatlah objective (tujuan) yang spesifik lalu ciptakan strategi dan taktik yang tepat guna mencapainya. Ingatlah selalu bahwa semua hal tidak ada gunanya tanpa adanya suatu tindakan atau Action! @Betley-261009