Filsafat Kesuksesan

Know“Take what you want and pay for it, says God” (Spanish Proverbs)

Pada prinsipnya tidak ada yang dinamakan rahasia kesuksesan, karena memang tidak ada rahasia untuk menjadi sukses dalam setiap bidang yang kita geluti. H.L. Hunt seorang bilioner minyak di masa lalu pernah menyampaikan bahwa untuk menjadi sukses hanya diperlukan dua hal yakni:

1. Tentukan dengan jelas apa yang Anda inginkan

2. Tentukan harga yang diperlukan untuk memperolehnya dan lakukan apapun yang Anda bisa guna mencapai tujuan tersebut.

Dari studi literatur ratusan buku dan juga wawancara dengan orang-orang yang telah mencapai kesuksesan bisa disimpulkan bahwa untuk mencapai kesuksesan pada dasarnya sederhana meski tidak mudah. Sederhana karena memang resepnya jelas dan tidak akan berubah dari jaman dulu , sekarang, dan di masa datang. Konsep ini adalah konsep fundamental yang wajib dipahami oleh setiap orang yang ingin sukses dalam setiap aspek kehidupannya. Disebut fundamental karena memang konsep ini adalah konsep dasar yang selaras dengan hukum alam tentang kesuksesan dan bilamana dijalankan dengan baik maka pasti akan memberi manfaat yang luar baisa bagi orang yang menjalankannya.

Saat ini budaya yang ada adalah budaya serba instan yang menawarkan kesuksesan dalam waktu singkat dan mudah. Tak heran banyak iklan, artikel, buku, seminar, khotbah, dan berbagai jenis penawaran untuk bisa SUKSES, KAYA, dengan CEPAT. Namun pengalaman saya dan jutaan orang di dunia membuktikan bahwa hal tersebut adalah omong kosong belaka. Pepatah lama mengatakan “if it’s too good to be true, then it’s too good to be true”. Para penganjur sukses dan kaya cepat tersebut jeli membaca dinamika budaya instan yang ada di masyarakat demi kepentingan mereka sendiri. Sebenarnya hal tersebut sah-sah saja dalam konteks pemasaran guna menarik minat dan perhatian khalayak luas, namun menjadi tidak etis bahwa konsep instan tersebut didengungkan sebagai suatu kebenaran mutlak. Saya pribadi termasuk orang yang tidak percaya dengan konsep kaya dengan cepat dan mudah karena memang bukan demikian konsep kesuksesan yang hakiki. Berhati-hatilah kalau ada orang yang menawarkan jalan hal tersebut karena bisa jadi mereka mengincar sesuatu dari Anda yang akan merugikan Anda di masa yang akan datang.

Hukum alam selama ribuan tahun telah mensyaratkan bahwa mereka yang menabur adalah mereka yang akan menuai hasilnya, lantas apakah bila kita tidak pernah menabur benih-benih kesuksesan berhak untuk menuai hasilnya? Apabila dipaksakan tentu saja hal tersebut akan mengingkari hukum alam tersebut dan sudah pasti akan mencelakakan pelakunya. Itulah sebabnya cepat atau lambat pelaku korupsi atau penipuan akan menuai akibat dari perbuatannya. Apabila dia lolos dari hukuman dunia maka sudah pasti akan ada hukuman non duniawi yang akan diterimanya karena karma sebenarnya tidak mengenal deadline.

Dalam semua referensi yang pernah saya pelajari, sejarah membuktikan bahwa manusia bisa memiliki apapun yang dia inginkan sepanjang mereka mau membayar “harga” yang diperlukan untuk memperolehnya. Dalam konteks ini saya berpendapat bahwa “harga” yang dimaksud adalah kerja keras dan usaha yang mesti kita lakukan guna mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu kita wajib mempersiapkan diri kita sebaik mungkin guna membayar “harga” dari kesuksesan yang kita inginkan dengan melakukan pengembangan diri.

“Life doesn’t give you what you want. it gives you what you deserve” – “Hidup tidak akan memberi apa yang Anda inginkan namun apa yang layak Anda peroleh”. Ungkapan tersebut merupakan suatu ungkapan yang paling tepat bahwa hidup ini tidak akan memberi apapun yang Anda inginkan, harapkan, atau mimpikan namun akan memberikan apa yang layak Anda peroleh dari hasil kerja keras Anda sendiri. Janganlah membuai diri sendiri dengan mimpi bahwa suatu saat nanti kita akan memperoleh rejeki besar dari lotre, hadiah, warisan, dsb karena bukan demikian dalil kesuksesan yang ada. Fakta menunjukkan bahwa hampir semua orang yang memperoleh uang dengan mudah dan bukan melalui jalan yang semestinya akan kehilangan dalam waktu cepat pula. Ingatkah Anda dengan cerita soal remaja putri Inggris yang memenangkan lotre jutaan poundsterling namun bangkrut total hanya dalam beberapa tahun berikutnya. Bahkan dalam kurun waktu tersebut dia mengalami depresi berat yang bahkan nyaris merenggut nyawanya. Hal tersebut terjadi karena memang kesuksesan itu harus diperjuangkan dari awal sedikit demi sedikit hingga bilamana waktunya telah tiba dan kita telah siap maka akan terjadi akselerasi kesuksesan kita.

Secara ringkas guna mencapai kesuksesan ada dua faktor penting yakni: tujuan dan proses guna mencapai tujuan. Setelah menentukan tujuan dengan jelas dan spesifik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan semua hal yang diperlukan guna mencapai tujuan tersebut. Namun demikian perlu dicamkan bahwa dalam proses mencapai tujuan tersebut kita wajib mengedepankan nilai-nilai kejujuran, integritas dan budi pekerti yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang Anda anut. Kita memang wajib berkerja keras dan berkorban guna mencapai tujuan kita, namun perlu berhati-hati agar tidak tergelincir menjadi manusia yang tidak berakhlak mulia. Jangan sampai kita dibutakan dengan tujuan pribadi tanpa memikirkan akibatnya bagi orang lain. Bahkan bila tujuan itu tercapai, namun tidak akan nyaman rasanya bila diperoleh dengan cara yang curang, menghalalkan semua cara, dan merugikan orang lain. Hal tersebut juga akan menggerus kemanusiaan kita yang pada akhirnya akan mengubah kita menjadi monster yang tidak bahagia dalam hidupnya. Bila hal ini terjadi maka kita tidak layak disebut sebagai pribadi yang sukses.

Artikel saya berikutnya akan membahas soal teknik goal setting yang mudah dijalankan namun sangat bermanfaat. Setelah goal setting saya akan mengulas mengenai proses mencapai tujuan melalui personal development. – BHS09092013

Apa itu Sukses?

success-factorsApa itu sukses? Pertanyaan yang mudah disampaikan namun sangat sulit dijawab. Tidak ada jawaban standard tentang definisi sukses. Bagi beberapa orang sukses didefinisikan dengan memiliki rumah mewah, mobil mahal, uang berlimpah, karir menjulang, pasangan yang cantik atau ganteng, posisi dalam masyarakat, dsb. Bahkan bila ditelisik lebih jauh besaran uang yang dimiliki juga sangat bervariasi bagi setiap orang. Bagi seorang tukang ojek memperoleh uang 200 ribu sehari sudah merupakan kesuksesan, namun bagi pedagang tekstil di Tanah Abang pendapatan 200 juta sehari baru bisa dianggap sukses. Selain itu tidak berarti bahwa kesuksesan selalu identik dengan besaran uang atau harta yang dimiliki, karena sekali lagi preferensi orang terhadap kesuksesan sangatlah unik satu sama lain.  Intinya tidak ada definisi baku bagi setiap orang mengenai kesuksesan, Anda sendirilah yang bisa menentukannya.

Lantas pertanyaan selanjutnya ialah bagaimana kita mendefinisikan sukses? Menurut saya sukses itu adalah keberhasilan kita untuk meraih sesuatu yang menjadi tujuan kita. Tujuan itu bisa dibagi menjadi beberapa kategori yakni: Wealth (Finansial), Personal (Pribadi), dan Stuff (Barang). Tidak ada alasan khusus dalam pembagian tersebut namun hanya dimaksudkan untuk mempermudah kategorisasi semata. Contoh dari Wealth adalah akumulasi berapa banyak uang yang kita kumpulkan selama ini dari berbagai sumber yang meliputi pendapatan aktif (active income) maupun pendapatan pasif (passive income).  Sedangkan Personal adalah tujuan yang bersifat personal seperti kesehatan, keluarga, spiritual, pengembangan diri, dsb. Adapun yang dimaksud dengan stuff adalah barang-barang yang ingin kita miliki seperti rumah,tanah, mobil, gadgets, dsb.

Dari pengalaman saya, langkah terbaik dalam hidup adalah menentukan definisi sukses kita. Karena kalau tidak kita sendiri yang mendesain definisi tersebut maka bisa jadi orang lain yang akan melakukannya untuk kita yang tentu saja belum tentu sesuai. Saya termasuk yang percaya bahwa Tuhan menakdirkan setiap manusia lahir di dunia untuk sukses dalam semua aspek kehidupan. Namun karena filsafat dan pola pikir manusia-lah yang membedakan tingkat kesuksesan diantara satu orang dengan yang lainnya.  Oleh karena itu kesuksesan tidak ditentukan oleh latar belakang tertentu seperti suku, agama, ras, dan semacamnya namun sangat ditentukan oleh ANDA sendiri.  Menurut saya kita cukup beruntung lahir di Indonesia yang makmur, cukup aman, dan masih banyak potensi yang bisa dikembangkan. Kalau Anda masih saja mengeluh tentang hidup di Indonesia, mungkin ada baiknya Anda mencoba hidup di Irak, Afghanistan, Somalia atau di Bangladesh.

Seberapa sukses yang perlu kita raih? Menurut saya kesuksesan perlu diraih dengan segenap kemampuan terbaik yang bisa kita lakukan. Seperti pohon di hutan yang bertumbuh setinggi yang dia bisa maka demikianlah juga usaha yang perlu kita lakukan untuk meraih kesuksesan. Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup di dunia yang diberi kebebasan oleh Tuhan untuk menentukan seberapa jauh bertumbuh sedangkan tumbuhan dan hewan tidak memiliki keistimewaan tersebut. Keistimewaan tersebut merupakan berkat namun juga pada sisi lain bisa menjadi hambatan untuk melangkah maju mencapai titik optimal dari potensi yang kita miliki.

Salah satu definisi kesuksesan yang paling saya yakini adalah dari Jim Rohn, menurutnya sukses adalah “Success is not what you have, it is what you become” – “Sukses bukanlah apa yang Anda miliki, sukses adalah menjadi pribadi seperti apakah Anda”. Bila dimaknai dengan baik, kalimat tersebut memiliki makna yang sangat mendalam. Sukses lebih berupa hal-hal yang bisa mengubah pribadi Anda menjadi lebih baik, dan bukannya semata-mata apa yang Anda miliki dalam konteks harta benda saja. Dengan menjadi pribadi yang sukses maka kita memiliki seperangkat pengetahuan, pengalaman, sikap yang tidak akan lekang oleh waktu dan situasi apapun. Pola kesuksesan itu akan menyertai dalam setiap langkah kehidupan dan memastikan kita untuk terus tegar melangkah menghadapi setiap pasang surut kehidupan. — BHS03092013

Resensi Buku: It’s Not How Good You Are, It’s How Good You Want To Be!

Cover ArdenBuku ini termasuk salah satu buku terlaris dunia menurut New York Times. Gagasan terpenting yang ingin disampaikan oleh Paul Arden (1940-2008) dalam buku ini adalah bahwa kesuksesan adalah sesuatu yang bisa dipelajari (learnable) dan bisa direkayasa (engineered) oleh semua orang. Arden berpendapat bahwa pada prinsipnya hampir semua orang yang sukses dan berpengaruh ternyata pada mulanya bukanlah orang yang berbakat, berpendidikan tinggi, berpenampilan menarik, atau berasal dari golongan tertentu. Mereka sukses dan berpengaruh karena mereka memiliki KEINGINAN yang sangat kuat untuk berhasil dan tentu saja mau berkorban untuk mencapai tujuannya.

Secara garis besar, Arden membagi buku ini menjadi beberapa bagian:

Bagian Pertama – Berisi pertanyaan dan juga penjelasan tentang apakah makna kesuksesan, seberapa besar Anda ingin sukses dalam bidang yang Anda tekuni, serta seberapa sukses yang Anda inginkan. Dan juga tentang motivasi bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki HAK yang sama untuk sukses.

Bagian Kedua – Dalam bab ini Arden memaparkan hal-hal fundamental yang menjadi dasar bagi suatu kesuksesan. Arden berpendapat bahwa hal-hal yang memiliki pengaruh besar terhadap kesuksesan seseorang adalah: energi, sikap (attitude) yang tepat, rasa tanggung jawab, ide-ide, keberanian melakukan action, sikap positif, dan sebagainya.

Bagian Ketiga – Arden berpendapat bahwa bilamana kita ingin sukses dalam bidang yang kita geluti, maka kita tidak perlu takut terhadap KESALAHAN atau tantangan yang mungkin terjadi. Kesalahan hendaknya dijadikan sebagai pijakan guna melangkah lebih baik kedepannya dan bukannya sebagai penghalang kita untuk mencapai keberhasilan. Selain itu Arden juga menyampaikan bahwa ide-ide brilian seringkali justru dianggap konyol oleh orang yang tidak paham, oleh sebab itu jangan takut bila ada orang yang menertawakan ide-ide Anda, bisa jadi mereka tidak paham.

Bagian Keempat – Bab ini mengulas bahwa untuk tahu saja tidaklah cukup, Anda harus melakukan ACTION guna mencapai kesuksesan. Selain itu Arden juga menjabarkan pentingnya jejaring (networking) serta memanfaatkannya guna membantu kita mencapai tujuan.

Bagian Kelima – Latar belakang Arden adalah seorang Creative Director dari sebuah perusahaan periklanan. Dalam bagian ini dan selanjutnya dia menyampaikan gagasan-gagasannya dalam konteks industri kreatif periklanan. Namun demikian ide dasarnya tetaplah relevan bagi semua orang dari semua jenis latar belakang profesi.

how-good-do-you-want-to-beBuku ini menarik dikarenakan selain isinya yang relevan, ringkas dan mudah dimengerti, buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi gambar, foto, dan permainan grafis yang sangat bagus. Hal ini wajar mengingat Arden merupakan salah satu legenda periklanan yang pernah bekerja untuk Saatchi & Saatchi – salah satu top advertising agency.

Buku yang berformat buku saku ini menyampaikan ide-ide besar tentang kesuksesan dengan ringkas, mudah dipahami, dan tidak bermaksud menggurui. Sebenarnya bisa dibilang ide Arden bukanlah ide yang orisinal, sudah banyak buku self-help yang mengulas psikologi kesuksesan dengan lebih detil, yang paling terkenal tentu saja “Think & Grow Rich” karya Napoleon Hill. Namun demikiaan bagi mereka yang ingin memperoleh informasi ringkas, padat, dan mudah dimengerti tentang psikologi kesuksesan, maka menurut saya buku saku ini layak dan wajib dibaca.

@BHS 17122012.

Entrepreneurship adalah Pilihan

pilihanSaat ini sebagian orang berpendapat bahwa Entrepreneurship adalah satu-satunya pilihan untuk menjadi sukses dan bahagia dalam hidup. Hal tersebut umumnya dimunculkan dalam berbagai artikel, buku, majalah atau seminar-seminar yang berhubungan dengan Entrepeneurship. Namun saya kurang sependapat dengan ide tersebut, menurut saya menjadi pengusaha adalah sebuah PILIHAN. Saya menjadi pengusaha karena itu pilihan yang mulia dan sama mulianya dengan keputusan orang lain untuk menjadi karyawan, profesional, ataupun self-employed.

Menurut saya hal ini penting untuk dipikirkan karena dalam berbagai kuliah, pelatihan dan lokakarya yang saya ampu saya seringkali berinteraksi dengan peserta yang berpikir bahwa menjadi pengusaha adalah satu-satunya pilihan dalam hidup untuk bisa kaya, sukses, dan bahagia. Sering sekali saya berdiskusi dengan mereka yang ikut latah menjadi pengusaha sebagai akibat pemahaman yang kurang tepat mengenai esensi entrepreneurship. Tentu saja saya sepakat bahwa semua orang berhak dan pasti bisa berhasil menjadi pengusaha. Namun dengan memaksakan diri mengikuti tren menjadi pengusaha tanpa dibarengi dengan persiapan mental dan teknis yang memadai merupakan tindakan yang kurang bijaksana.

Selain itu saya berpendapat bahwa orang wajib happy dengan pilihannya untuk menjadi pengusaha. Kalau dari awal orang tidak bahagia dengan pilihannya sebagai pengusaha maka dia telah memikul beban tambahan yang makin memberatkan langkahnya untuk menjadi pengusaha yang sukses.

Berdasarkan hasil diskusi saya dengan beberapa rekan dan sahabat dalam sesi coaching, saya mengidentifikasi adanya pola yang membedakan mereka yang memilih menjadi pengusaha karena panggilan hidupnya dengan mereka yang menjadi pengusaha karena latah atau karena tren semata. Pada umumnya mereka yang memutuskan menjadi pengusaha karena pilihan hidupnya akan memiliki determinasi yang jauh lebih besar dibanding mereka yang latah. Determinasi menjadi faktor penting karena pada fase awal usaha pada umumnya timbul tantangan yang berpotensi mengikis motivasi kita. Pada titik tertentu bila tantangan tersebut hadir secara beruntun maka determinasi dan komitmen kita akan diuji. Fakta menunjukkan bahwa mereka yang menentukan pilihan hidup untuk menjadi pengusaha akan lebih tahan menghadapi tantangan yang ada dibanding mereka yang latah atau ikut-ikutan tren sesaat.Entrepreneurship jelas sebuah pilihan, jadi kalau Anda memang telah memilih dan memutuskan menjadi pengusaha maka pastikanlah Anda memilih dengan kepala dingin dan mengikuti kata hati Anda. Jangan sekali-kali pilihan tersebut Anda buat hanya karena Anda mengikuti kata buku ini, kata seminar, kata majalah, kata koran, kata pak anu, kata bu itu, dsb. Memutuskan menjadi pengusaha memiliki konsekuensi untuk mengubah secara radikal mindset (prinsip berpikir) dan lifestyle (gaya hidup) Anda. Oleh karena itu sekali Anda memilih untuk menjadi pengusaha, maka Anda wajib berkomitmen untuk berpikir dan bertingkah laku sebagai seorang pengusaha.

Salah satu contoh paling riil dari hal tersebut adalah fenomena Kafe Tenda di sekitar awal 2000an. Waktu itu banyak orang berbondong-bondong mengadu peruntungan bisnis mereka dengan membuka kafe tenda, mereka datang dari berbagai macam golongan mulai dari pekerja kantoran, pejabat, hingga para artis. Selain kafe tenda banyak lagi contoh seperti Kedai Pisang Goreng Kalimantan atau fenomena franchise berbagai macam jenis usaha. Namun sekarang berapa banyak yang bisa bertahan?

Mereka yang mendirikan usaha karena ikut-ikutan tren sesaat akan dengan mudahnya memutuskan untuk balik kanan dan melarikan diri dari tantangan yang ada. Lain halnya dengan mereka yang memang memutuskan membuka kafe karena passion-nya. Salah satu yang bertahan (dan semakin sukses) adalah rekan sekaligus mentor saya, Rene Canoneo, yang membuka kafe karena itulah panggilan hidupnya. Rene bisa bertahan dan sukses karena baginya menjadi pengusaha adalah pilihan hidup yang dipilihnya, bukan karena mengikuti kata orang atau tren sesaat.

Kesimpulannya, pastikanlah bahwa keputusan menjadi pengusaha merupakan PILIHAN Anda sendiri dan Anda wajib bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pilihan tersebut. Bukan karena bujuk rayu dari buku ini, menurut seminar, kata Pak Anu, Bu Itu, artikel koran, majalah, dsb. – @BHS


NLP Series-Well-formed Objectives

Sebagai seorang praktisi Neuro Linguistic Programming (NLP), saya berkesempatan untuk mempelajari salah satu teknik paling powerful dari NLP, yakni teknik Well-formed Objective (Tujuan yang dibentuk dengan baik). Teknik tersebut membantu kita untuk menentukan tujuan, baik tujuan yang sifatnya Ultimate maupun Intermediate, dengan lebih efektif. Selain aplikatif dalam kehidupan sehari-hari, teknik ini juga sangat mudah dipraktekkan. Meskipun terdapat banyak sekali paparan yang disampaikan oleh developer NLP, namun pada bagian ini saya akan fokus untuk menyampaikan teknik orisinal yang disampaikan oleh “Bapak NLP”, Richard Bandler.

1. Nyatakan dalam Kalimat POSITIF

Pada dasarnya otak kita tidak mengenali kata-kata yang sifatnya negatif (tidak, jangan, bukan, dsb). Oleh karena itu alih-alih menentukan tujuan “tidak mau miskin” maka nyatakanlah tujuan Anda dengan “memiliki kekayaan senilai sekian rupiah”. Pastikan bahwa Anda memiliki keyakinan penuh terhadap tujuan Anda tersebut.

2. Tujuan Berdasarkan INISIATIF dan KONTROL Diri Kita Sendiri

Tujuan yang Anda tentukan hendaknya dimulai oleh dan dipertahankan pelaksanaanya oleh Anda sendiri. Dalam konteks NLP, pihak yang bertanggungjawab dalam setiap tindakan adalah “saya” dan bukannya orang lain. Tujuan yang tergantung oleh orang lain bukanlah tujuan yang well-formed. Definisikan juga sumber daya (resources) dan perilaku (behaviour) yang Anda perlukan guna mencapai tujuan tersebut. Gunakan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk membantu Anda:

§  Apa yang bisa dan akan Anda lakukan untuk mencapai tujuan tersebut?

§  Apakah langkah pertama yang Anda lakukan untuk memperoleh yang Anda inginkan?

§  Bagaimana Anda dapat memperoleh apa yang Anda perlukan untuk mencapai tujuan Anda?

3. Tetapkan Tujuan dalam Kalimat yang Mendayagunakan INDERA Kita.

Tujuan yang efektif wajib didefinisikan dan dibuktikan dengan keseluruhan indera kita. Setidak-tidaknya adalah VAK yang meliputi indera penglihatan (Visual), pendengaran (Auditory), dan perasa (Kinesthetic). Hal ini penting karena hal ini memotivasi Anda untuk mencapai tujuan yang Anda tetapkan. Gunakan pertanyaan berikut untuk membantu Anda:

§  Apakah yang Anda LIHAT sewaktu tujuan tersebut telah tercapai?

§  Apa yang Anda DENGAR ketika tujuan terwujud?

§  Apakah yang Anda RASA ketika Anda telah mencapai tujuan tersebut?

§  Kapan dan dimana tepatnya?

4. Cek EKOLOGIS Terhadap Diri Kita Sendiri maupun Orang Lain

Tujuan yang telah ditetapkan wajib mendukung keseluruhan ekosistem yang ada dan selaras dengan kepentingan diri kita sendiri, keluarga, teman, orang lain, dan bahkan kepentingan seluruh umat manusia. Semaksimal mungkin Anda wajib memilih tujuan yang sifatnya win, win, win untuk seluruh pihak yang terlibat. @Betley14092010