Apa itu Sukses?

success-factorsApa itu sukses? Pertanyaan yang mudah disampaikan namun sangat sulit dijawab. Tidak ada jawaban standard tentang definisi sukses. Bagi beberapa orang sukses didefinisikan dengan memiliki rumah mewah, mobil mahal, uang berlimpah, karir menjulang, pasangan yang cantik atau ganteng, posisi dalam masyarakat, dsb. Bahkan bila ditelisik lebih jauh besaran uang yang dimiliki juga sangat bervariasi bagi setiap orang. Bagi seorang tukang ojek memperoleh uang 200 ribu sehari sudah merupakan kesuksesan, namun bagi pedagang tekstil di Tanah Abang pendapatan 200 juta sehari baru bisa dianggap sukses. Selain itu tidak berarti bahwa kesuksesan selalu identik dengan besaran uang atau harta yang dimiliki, karena sekali lagi preferensi orang terhadap kesuksesan sangatlah unik satu sama lain.  Intinya tidak ada definisi baku bagi setiap orang mengenai kesuksesan, Anda sendirilah yang bisa menentukannya.

Lantas pertanyaan selanjutnya ialah bagaimana kita mendefinisikan sukses? Menurut saya sukses itu adalah keberhasilan kita untuk meraih sesuatu yang menjadi tujuan kita. Tujuan itu bisa dibagi menjadi beberapa kategori yakni: Wealth (Finansial), Personal (Pribadi), dan Stuff (Barang). Tidak ada alasan khusus dalam pembagian tersebut namun hanya dimaksudkan untuk mempermudah kategorisasi semata. Contoh dari Wealth adalah akumulasi berapa banyak uang yang kita kumpulkan selama ini dari berbagai sumber yang meliputi pendapatan aktif (active income) maupun pendapatan pasif (passive income).  Sedangkan Personal adalah tujuan yang bersifat personal seperti kesehatan, keluarga, spiritual, pengembangan diri, dsb. Adapun yang dimaksud dengan stuff adalah barang-barang yang ingin kita miliki seperti rumah,tanah, mobil, gadgets, dsb.

Dari pengalaman saya, langkah terbaik dalam hidup adalah menentukan definisi sukses kita. Karena kalau tidak kita sendiri yang mendesain definisi tersebut maka bisa jadi orang lain yang akan melakukannya untuk kita yang tentu saja belum tentu sesuai. Saya termasuk yang percaya bahwa Tuhan menakdirkan setiap manusia lahir di dunia untuk sukses dalam semua aspek kehidupan. Namun karena filsafat dan pola pikir manusia-lah yang membedakan tingkat kesuksesan diantara satu orang dengan yang lainnya.  Oleh karena itu kesuksesan tidak ditentukan oleh latar belakang tertentu seperti suku, agama, ras, dan semacamnya namun sangat ditentukan oleh ANDA sendiri.  Menurut saya kita cukup beruntung lahir di Indonesia yang makmur, cukup aman, dan masih banyak potensi yang bisa dikembangkan. Kalau Anda masih saja mengeluh tentang hidup di Indonesia, mungkin ada baiknya Anda mencoba hidup di Irak, Afghanistan, Somalia atau di Bangladesh.

Seberapa sukses yang perlu kita raih? Menurut saya kesuksesan perlu diraih dengan segenap kemampuan terbaik yang bisa kita lakukan. Seperti pohon di hutan yang bertumbuh setinggi yang dia bisa maka demikianlah juga usaha yang perlu kita lakukan untuk meraih kesuksesan. Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup di dunia yang diberi kebebasan oleh Tuhan untuk menentukan seberapa jauh bertumbuh sedangkan tumbuhan dan hewan tidak memiliki keistimewaan tersebut. Keistimewaan tersebut merupakan berkat namun juga pada sisi lain bisa menjadi hambatan untuk melangkah maju mencapai titik optimal dari potensi yang kita miliki.

Salah satu definisi kesuksesan yang paling saya yakini adalah dari Jim Rohn, menurutnya sukses adalah “Success is not what you have, it is what you become” – “Sukses bukanlah apa yang Anda miliki, sukses adalah menjadi pribadi seperti apakah Anda”. Bila dimaknai dengan baik, kalimat tersebut memiliki makna yang sangat mendalam. Sukses lebih berupa hal-hal yang bisa mengubah pribadi Anda menjadi lebih baik, dan bukannya semata-mata apa yang Anda miliki dalam konteks harta benda saja. Dengan menjadi pribadi yang sukses maka kita memiliki seperangkat pengetahuan, pengalaman, sikap yang tidak akan lekang oleh waktu dan situasi apapun. Pola kesuksesan itu akan menyertai dalam setiap langkah kehidupan dan memastikan kita untuk terus tegar melangkah menghadapi setiap pasang surut kehidupan. — BHS03092013

NLP Series-Well-formed Objectives

Sebagai seorang praktisi Neuro Linguistic Programming (NLP), saya berkesempatan untuk mempelajari salah satu teknik paling powerful dari NLP, yakni teknik Well-formed Objective (Tujuan yang dibentuk dengan baik). Teknik tersebut membantu kita untuk menentukan tujuan, baik tujuan yang sifatnya Ultimate maupun Intermediate, dengan lebih efektif. Selain aplikatif dalam kehidupan sehari-hari, teknik ini juga sangat mudah dipraktekkan. Meskipun terdapat banyak sekali paparan yang disampaikan oleh developer NLP, namun pada bagian ini saya akan fokus untuk menyampaikan teknik orisinal yang disampaikan oleh “Bapak NLP”, Richard Bandler.

1. Nyatakan dalam Kalimat POSITIF

Pada dasarnya otak kita tidak mengenali kata-kata yang sifatnya negatif (tidak, jangan, bukan, dsb). Oleh karena itu alih-alih menentukan tujuan “tidak mau miskin” maka nyatakanlah tujuan Anda dengan “memiliki kekayaan senilai sekian rupiah”. Pastikan bahwa Anda memiliki keyakinan penuh terhadap tujuan Anda tersebut.

2. Tujuan Berdasarkan INISIATIF dan KONTROL Diri Kita Sendiri

Tujuan yang Anda tentukan hendaknya dimulai oleh dan dipertahankan pelaksanaanya oleh Anda sendiri. Dalam konteks NLP, pihak yang bertanggungjawab dalam setiap tindakan adalah “saya” dan bukannya orang lain. Tujuan yang tergantung oleh orang lain bukanlah tujuan yang well-formed. Definisikan juga sumber daya (resources) dan perilaku (behaviour) yang Anda perlukan guna mencapai tujuan tersebut. Gunakan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk membantu Anda:

§  Apa yang bisa dan akan Anda lakukan untuk mencapai tujuan tersebut?

§  Apakah langkah pertama yang Anda lakukan untuk memperoleh yang Anda inginkan?

§  Bagaimana Anda dapat memperoleh apa yang Anda perlukan untuk mencapai tujuan Anda?

3. Tetapkan Tujuan dalam Kalimat yang Mendayagunakan INDERA Kita.

Tujuan yang efektif wajib didefinisikan dan dibuktikan dengan keseluruhan indera kita. Setidak-tidaknya adalah VAK yang meliputi indera penglihatan (Visual), pendengaran (Auditory), dan perasa (Kinesthetic). Hal ini penting karena hal ini memotivasi Anda untuk mencapai tujuan yang Anda tetapkan. Gunakan pertanyaan berikut untuk membantu Anda:

§  Apakah yang Anda LIHAT sewaktu tujuan tersebut telah tercapai?

§  Apa yang Anda DENGAR ketika tujuan terwujud?

§  Apakah yang Anda RASA ketika Anda telah mencapai tujuan tersebut?

§  Kapan dan dimana tepatnya?

4. Cek EKOLOGIS Terhadap Diri Kita Sendiri maupun Orang Lain

Tujuan yang telah ditetapkan wajib mendukung keseluruhan ekosistem yang ada dan selaras dengan kepentingan diri kita sendiri, keluarga, teman, orang lain, dan bahkan kepentingan seluruh umat manusia. Semaksimal mungkin Anda wajib memilih tujuan yang sifatnya win, win, win untuk seluruh pihak yang terlibat. @Betley14092010

Kategori Tujuan

Secara garis besar terdapat dua jenis tujuan, yaitu Ultimate Objective dan Intermediary Objective. Ultimate Objective merupakan tujuan paling utama yang Anda inginkan dalam hidup Anda sedangkan Intermediary Objective adalah tujuan antara yang sifatnya lebih temporer dan jangka pendek. Sedangkan ditinjau dari jenisnya, terdapat beberapa jenis tujuan yakni:

1. Karir/Bisnis

Tujuan ini berhubungan dengan dunia karir atau bisnis Anda. Apakah karir idaman Anda di masa datang? Posisi apa yang Anda idam-idamkan? Apakah Anda ingin menjadi profesional atau entrepreneur? Jenis bisnis apa yang ingin Anda tekuni? Penghargaan apa yang ingin Anda peroleh dalam dunia karis/bisnis?

2. Finansial

Tujuan ini seringkali disalahartikan sebagai satu-satunya tujuan dalam hidup. Berapakah uang yang Anda perlukan? Investasi apa yang Anda idamkan di masa depan? Berapa properti yang ingin Anda miliki? Berapa tabungan yang hendak Anda miliki? Lifestyle seperti apa yang Anda ingin jalankan dengan uang Anda?

3. Sosial

Bagaimana kehidupan sosial Anda di masa depan? Seperti apakah pandangan masyarakat terhadap Anda yang Anda inginkan? Status sosial seperti apa yang Anda dambakan? Teman dan sahabat seperti apa yang ingin Anda miliki? Organisasi sosial apa yang Anda inginkan untuk bergabung? Kontribusi apa yang hendak Anda berikan untuk masyarakat?

4. Pengembangan Diri/Mental

Ketrampilan apa yang ingin Anda miliki di masa datang? Training atau workshop apa yang ingin Anda ikuti untuk meningkatkan kemampuan personal Anda? Apakah Anda berencana untuk mengambil pendidikan yang lebih tinggi? Apa hobby yang ingin Anda tekuni?

5. Fisik

Tujuan ini berhubungan dengan kondisi tubuh Anda. Apakah harapan Anda untuk tubuh Anda? Apakah Anda ingin bugar? Bagaimana pola makan yang Anda kehendaki? Bagaimana postur ideal yang Anda kehendaki? Apakah Anda hendak memulai program diet dan berolahraga?

6. Keluarga

Apakah kehidupan keluarga yang ideal menurut Anda di masa depan? Apakah Anda ingin meluangkan waktu yang lebih banyak bersama keluarga? Apakah Anda ingin mengembangkan hubungan komunikasi antara Anda dan pasangan atau dengan anak-anak? Apa rencana Anda untuk menjalin keakraban dengan seluruh keluarga besar Anda? Apa ide Anda untuk membahagiakan orang tua Anda?

7. Spiritual

Pada umumnya ujung dari suatu tujuan hidup manusia adalah tujuan spiritual. Bagaimanakah kehidupan spiritual yang Anda harapkan di masa depan? Apakah Anda ingin menunaikan ibadah haji/umroh atau berziarah ke Yerusalem/Lourdes? Bagaimana rencana pengembangan kehidupan spiritualitas Anda? Apakah Anda merasa batin Anda kosong dan memerlukan pengembangan spiritualitas? Apakah Anda tertarik untuk bergabung dengan organisasi keagamaan? @Betley14092010

Kenapa Anda Perlu Tujuan?

Seringkali saya mendengar teman berbicara tentang “my life flows like water to the sea of life” atau biarlah hidup mengalir seperti air menuju sungai kehidupan. Sebagian dari mereka menjalani hidup dengan pasrah layaknya berjalan di padang pasir tanpa peta dan kompas sebagai penunjuk arah. Setiap hasil positif yang diperoleh dimaknai sebagai suatu keajaiban yang sama sekali tidak bisa diprediksi.

Namun pada sisi lain kalau kita telaah dengan lebih seksama, hampir semua ajaran agama dan spiritualitas yang pernah saya ketahui menyampaikan bahwa hendaknya manusia memiliki tujuan yang spesifik dalam menjalani hidupnya. Tujuan tersebut berupa tujuan spiritualitas maupun non spiritualitas seperti tujuan dalam bermasyarakat, berkeluarga, berbisnis, dsb.

Dalam konteks entrepreneurship, terdapat beberapa penjelasan dari Robert (2007, hal 72) tentang perlunya tujuan hidup yang spesifik yang relevan, diantaranya ialah:

– Tujuan membuat Anda tetap FOKUS.

– Tujuan memberi Anda sesuatu untuk DIRAIH.

– Tujuan membuat ide-ide dan SOLUSI terus mengalir.

– Tujuan membuat Anda ANTUSIAS.

– Tujuan memberikan gambaran RUTE dalam kehidupan.

– Tujuan memberikan ARTI dalam hidup Anda.

– Tujuan membantu Anda untuk tetap PRODUKTIF.

– Tujuan memberikan KEJELASAN dalam pembuatan keputusan.

– Tujuan menyediakan ALAT UKUR dalam mempertimbangkan suatu ide.

– Tujuan membantu Anda untuk tetap TERORGANISIR.

– Tujuan membantu Anda untuk MEMPROMOSIKAN diri Anda kepada orang lain.

– Tujuan membantu Anda MENILAI produktifitas dan efektifitas Anda.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa memiliki tujuan yang spesifik dan TERTULIS akan sangat membantu Anda untuk menyusun peta jalan sukses (success roadmap) Anda. @BHS01092010

Catatan Kecil Soal Objective

“If you don’t have daily objectives, you qualify as a dreamer.” ~ Zig Ziglar

directionBeberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk pulang ke kampung saya di daerah Jawa Tengah, tujuan utama saya adalah berziarah ke makam leluhur. Selain mendoakan beliau-beliau yang sudah lebih dulu berpulang, kegiatan di kuburan selalu menjadi momen yang penting bagi saya. Menurut saya konsep perziarahan dalam konteks Jawa sangatlah penting, karena bila direnungkan lebih dalam sebenarnya berziarah membawa banyak hal yang esensial dalam kehidupan kita, yaitu: 1) Penghormatan kepada leluhur. 2) Sarana untuk berkumpul dengan keluarga besar, dan 3) Menyadarkan kita akan makna kematian, bahwa cepat atau lambat kita akan menyusul mereka. Dengan senantiasa menyadari fakta bahwa hidup manusia ada batasnya, maka hal itu menjadi semacam “wake up call” bagi saya untuk jangan pernah sekali-kali menyia-nyiakan waktu yang masih saya miliki. Orang bijak bilang “Life is so short, and it will end someday“.

Selain ziarah, saya menyempatkan bertemu dengan beberapa rekan dekat semasa saya masih bersekolah dulu. Banyak teman yang telah menemukan jalan hidupnya dengan baik dan memperoleh kebahagian, namun masih banyak juga yang sampai saat ini belum menemukan jalur yang tepat untuk membuatnya hidup dengan bahagia. Saya tidak pernah mendefinisikan kebahagiaan hidup itu identik dengan berapa banyak harta yang kita miliki. Karena saya percaya bahwa harta (baca uang) sejatinya hanyalah impact dan bukanlah tujuan akhir dari pencarian dalam hidup saya. Namun tidak bisa dimungkiri bahwa hampir semua teman yang datang untuk diskusi dengan saya memiliki permasalahan yang relatif klasik. Mereka telah terjebak dengan suatu “rat-race” alias “balapan tikus” dimana seolah-olah semakin keras mereka bekerja-keras dan berusaha maka hasilnya bisa dibilang tidak mencukupi kebutuhan mereka. Meski telah mengayuh roda kehidupan sekeras mungkin, namun faktanya mereka tidak sampai kemana-mana alias tetap disitu-situ saja. Dengan nada yang pilu ada beberapa rekan yang terang-terangan mengaku telah frustasi dengan hidup mereka dan tak tahu harus bagaimana lagi guna mencukupi kebutuhan mereka, baik kebutuhan jasmaniah maupun rohaniah. Lantas bagaimana?

Waktu saya tanyakan ke rekan-rekan tersebut tentang tujuan hidup mereka ternyata jawaban yang saya peroleh sungguh diluar perkiraan saya. Mereka umumnya hanya menyebut bahwa tujuan mereka hanyalah mendapatkan uang sebanyak mungkin guna mencukupi kebutuhan hidup mereka. Uang memang penting dan merupakan salah satu faktor pendukung utama bagi kita guna mencapai kebahagiaan. Namun menjadikan uang sebagai satu-satunya tujuan kita tanpa memikirkan aspek lainnya dalam proses memperoleh uang tersebut menurut saya kuranglah tepat.

Disini saya tidak akan masuk ke ranah rohaniah (apalagi Illahiah) karena memang saya bukanlah seorang ahli agama atau seorang alim-ulama yang layak untuk memberikan nasehat bijak soal ilmu kehidupan. Namun dengan sedikit pengalaman saya dalam berbisnis, maka saya akan mencoba membahas proses menuju kebahagiaan dalam aspek pemenuhan kebutuhan fisik. Tentu saja hal ini merupakan versi berdasarkan pengalaman hidup saya dan mohon jangan dipandang seperti suatu “resep sukses” karena memang hal ini bersifat sangat personal dan memerlukan suatu pencarian (quest) yang intens oleh kita sendiri sampai akhirnya kita menemukan jawaban tentang apa yang kita cari. Disini saya hanya mencoba menyampaikan suatu pemicu (trigger) untuk merangsang Anda berpikir tentang suatu hal yang menurut saya sangat essensial dalam kehidupan namun seringkali terlewatkan.

Kali ini saya akan coba mengulas lagi tentang OBJECTIVE. Dalam bahasa Indonesia, OBJECTIVE diartikan dengan tujuan, sama artinya dengan GOAL, TARGET, AIM, dsb. Namun sebenarnya objective memiliki makna yang lebih dalam dan lebih spesifik. Oleh karena itu saya akan menggunakan istilah Objective dibanding tujuan. Objective yang sempurna hendaknya bersifat SMART (spesific, measurable, achievable, realistic, time-bounded), yakni bahwa tujuan yang sempurna itu semestinya berupa sesuatu yang spesifik, terukur, reliastis dan masuk akan, serta memiliki jangka waktu yang jelas. Berdasarkan hasil observasi saya terhadap orang-orang yang berhasil dalam hidupnya, saya menyimpulkan bahwa mereka memiliki suatu persamaan yang sangat jelas, yaitu mereka memiliki objective yang sangat kuat dan konsisten untuk mencapai tujuan tersebut. Objective yang kuat telah mengandung makna SMART dan telah dideklarasikan secara jelas dan terbuka dalam diri mereka sendiri. Sedangkan konsisten mengandung makna bahwa objective tersebut dijalankan dengan determinasi yang sangat tinggi atau singkatnya akan berusaha diraih dengan segala macam cara yang mungkin dan halal tentunya. Kombinasi hal itu yang secara terus-menerus dilaksanakan akan mendorong seseorang untuk berusaha jauh lebih giat dengan menggunakan segenap potensi yang dia miliki guna mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.

Untuk memperjelas tentang konsep objective, maka akan saya coba terapkan makna objective dalam konteks permainan sepak bola modern (mohon maaf bagi mereka yang kurang suka sepak bola). Objective dalam konteks sepak bola adalah menciptakan gol atau memasukan bola ke gawang lawan. Untuk menciptakan gol ke gawang lawan maka kita memerlukan STRATEGI, atau serangkaian usaha dan cara guna mencapai tujuan. Dalam sepakbola strategi bisa berupa pola 3-5-2 atau 4-3-3 dan sebagainya tergantung dari analisis kita terhadap kekuatan lawan. Namun strategi saja tidak cukup karena sifatnya masih high-level dan perlu ditunjang dengan TAKTIK yang sifatnya lebih operasional. Dalam sepak bola taktik dapat berupa taktik serangan balik, taktik bola-bola pendek, dsb. Dengan menerapkan strategi dan taktik yang pas serta menjalankannya dengan konsisten maka untuk menciptakan gol ke gawang lawan bukanlah perkara yang sulit. Meski terasa mudah disampaikan namun menemukan strategi dan taktik yang pas bukanlah pekerjaan yang ringan, hal tersebut membutuhkan ketekunan, daya tahan, keuletan, kemampuan membaca peluang, dan kerja keras secara konsisten

Secara garis besar demikianlah konsep objective. Meski terasa sepele namun berdasarkan pengalaman saya hal tersebut akan sangat menentukan tingkat kesuksesan seseorang. Coba bayangkan bila Anda tidak menerapkan strategi dan taktik yang tepat, maka bisa dipastikan Anda tidak akan mampu mencapai objective dan besar kemungkinan akan mengalami kekalahan.Dalam konteks bisnis, meskipun jawaban dari para narasumber saya tentang kunci kesuksesan bisa berbeda-beda, namun bisa saya simpulkan bahwa untuk bisa sukses ada 3 (tiga) syarat penting yang mutlak dimiliki: 1) Mengetahui objective kita. 2) Tahu bagaimana mencapai objective tersebut. 3) Melakukan hal tersebut dengan konsisten dan terus menerus. Saya memiliki objective yang jelas akan hidup saya, sudahkah Anda memilikinya?

Say YES to SUCCESS! @Betley200809