Filsafat Kesuksesan

Know“Take what you want and pay for it, says God” (Spanish Proverbs)

Pada prinsipnya tidak ada yang dinamakan rahasia kesuksesan, karena memang tidak ada rahasia untuk menjadi sukses dalam setiap bidang yang kita geluti. H.L. Hunt seorang bilioner minyak di masa lalu pernah menyampaikan bahwa untuk menjadi sukses hanya diperlukan dua hal yakni:

1. Tentukan dengan jelas apa yang Anda inginkan

2. Tentukan harga yang diperlukan untuk memperolehnya dan lakukan apapun yang Anda bisa guna mencapai tujuan tersebut.

Dari studi literatur ratusan buku dan juga wawancara dengan orang-orang yang telah mencapai kesuksesan bisa disimpulkan bahwa untuk mencapai kesuksesan pada dasarnya sederhana meski tidak mudah. Sederhana karena memang resepnya jelas dan tidak akan berubah dari jaman dulu , sekarang, dan di masa datang. Konsep ini adalah konsep fundamental yang wajib dipahami oleh setiap orang yang ingin sukses dalam setiap aspek kehidupannya. Disebut fundamental karena memang konsep ini adalah konsep dasar yang selaras dengan hukum alam tentang kesuksesan dan bilamana dijalankan dengan baik maka pasti akan memberi manfaat yang luar baisa bagi orang yang menjalankannya.

Saat ini budaya yang ada adalah budaya serba instan yang menawarkan kesuksesan dalam waktu singkat dan mudah. Tak heran banyak iklan, artikel, buku, seminar, khotbah, dan berbagai jenis penawaran untuk bisa SUKSES, KAYA, dengan CEPAT. Namun pengalaman saya dan jutaan orang di dunia membuktikan bahwa hal tersebut adalah omong kosong belaka. Pepatah lama mengatakan “if it’s too good to be true, then it’s too good to be true”. Para penganjur sukses dan kaya cepat tersebut jeli membaca dinamika budaya instan yang ada di masyarakat demi kepentingan mereka sendiri. Sebenarnya hal tersebut sah-sah saja dalam konteks pemasaran guna menarik minat dan perhatian khalayak luas, namun menjadi tidak etis bahwa konsep instan tersebut didengungkan sebagai suatu kebenaran mutlak. Saya pribadi termasuk orang yang tidak percaya dengan konsep kaya dengan cepat dan mudah karena memang bukan demikian konsep kesuksesan yang hakiki. Berhati-hatilah kalau ada orang yang menawarkan jalan hal tersebut karena bisa jadi mereka mengincar sesuatu dari Anda yang akan merugikan Anda di masa yang akan datang.

Hukum alam selama ribuan tahun telah mensyaratkan bahwa mereka yang menabur adalah mereka yang akan menuai hasilnya, lantas apakah bila kita tidak pernah menabur benih-benih kesuksesan berhak untuk menuai hasilnya? Apabila dipaksakan tentu saja hal tersebut akan mengingkari hukum alam tersebut dan sudah pasti akan mencelakakan pelakunya. Itulah sebabnya cepat atau lambat pelaku korupsi atau penipuan akan menuai akibat dari perbuatannya. Apabila dia lolos dari hukuman dunia maka sudah pasti akan ada hukuman non duniawi yang akan diterimanya karena karma sebenarnya tidak mengenal deadline.

Dalam semua referensi yang pernah saya pelajari, sejarah membuktikan bahwa manusia bisa memiliki apapun yang dia inginkan sepanjang mereka mau membayar “harga” yang diperlukan untuk memperolehnya. Dalam konteks ini saya berpendapat bahwa “harga” yang dimaksud adalah kerja keras dan usaha yang mesti kita lakukan guna mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu kita wajib mempersiapkan diri kita sebaik mungkin guna membayar “harga” dari kesuksesan yang kita inginkan dengan melakukan pengembangan diri.

“Life doesn’t give you what you want. it gives you what you deserve” – “Hidup tidak akan memberi apa yang Anda inginkan namun apa yang layak Anda peroleh”. Ungkapan tersebut merupakan suatu ungkapan yang paling tepat bahwa hidup ini tidak akan memberi apapun yang Anda inginkan, harapkan, atau mimpikan namun akan memberikan apa yang layak Anda peroleh dari hasil kerja keras Anda sendiri. Janganlah membuai diri sendiri dengan mimpi bahwa suatu saat nanti kita akan memperoleh rejeki besar dari lotre, hadiah, warisan, dsb karena bukan demikian dalil kesuksesan yang ada. Fakta menunjukkan bahwa hampir semua orang yang memperoleh uang dengan mudah dan bukan melalui jalan yang semestinya akan kehilangan dalam waktu cepat pula. Ingatkah Anda dengan cerita soal remaja putri Inggris yang memenangkan lotre jutaan poundsterling namun bangkrut total hanya dalam beberapa tahun berikutnya. Bahkan dalam kurun waktu tersebut dia mengalami depresi berat yang bahkan nyaris merenggut nyawanya. Hal tersebut terjadi karena memang kesuksesan itu harus diperjuangkan dari awal sedikit demi sedikit hingga bilamana waktunya telah tiba dan kita telah siap maka akan terjadi akselerasi kesuksesan kita.

Secara ringkas guna mencapai kesuksesan ada dua faktor penting yakni: tujuan dan proses guna mencapai tujuan. Setelah menentukan tujuan dengan jelas dan spesifik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan semua hal yang diperlukan guna mencapai tujuan tersebut. Namun demikian perlu dicamkan bahwa dalam proses mencapai tujuan tersebut kita wajib mengedepankan nilai-nilai kejujuran, integritas dan budi pekerti yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang Anda anut. Kita memang wajib berkerja keras dan berkorban guna mencapai tujuan kita, namun perlu berhati-hati agar tidak tergelincir menjadi manusia yang tidak berakhlak mulia. Jangan sampai kita dibutakan dengan tujuan pribadi tanpa memikirkan akibatnya bagi orang lain. Bahkan bila tujuan itu tercapai, namun tidak akan nyaman rasanya bila diperoleh dengan cara yang curang, menghalalkan semua cara, dan merugikan orang lain. Hal tersebut juga akan menggerus kemanusiaan kita yang pada akhirnya akan mengubah kita menjadi monster yang tidak bahagia dalam hidupnya. Bila hal ini terjadi maka kita tidak layak disebut sebagai pribadi yang sukses.

Artikel saya berikutnya akan membahas soal teknik goal setting yang mudah dijalankan namun sangat bermanfaat. Setelah goal setting saya akan mengulas mengenai proses mencapai tujuan melalui personal development. – BHS09092013

Apa itu Sukses?

success-factorsApa itu sukses? Pertanyaan yang mudah disampaikan namun sangat sulit dijawab. Tidak ada jawaban standard tentang definisi sukses. Bagi beberapa orang sukses didefinisikan dengan memiliki rumah mewah, mobil mahal, uang berlimpah, karir menjulang, pasangan yang cantik atau ganteng, posisi dalam masyarakat, dsb. Bahkan bila ditelisik lebih jauh besaran uang yang dimiliki juga sangat bervariasi bagi setiap orang. Bagi seorang tukang ojek memperoleh uang 200 ribu sehari sudah merupakan kesuksesan, namun bagi pedagang tekstil di Tanah Abang pendapatan 200 juta sehari baru bisa dianggap sukses. Selain itu tidak berarti bahwa kesuksesan selalu identik dengan besaran uang atau harta yang dimiliki, karena sekali lagi preferensi orang terhadap kesuksesan sangatlah unik satu sama lain.  Intinya tidak ada definisi baku bagi setiap orang mengenai kesuksesan, Anda sendirilah yang bisa menentukannya.

Lantas pertanyaan selanjutnya ialah bagaimana kita mendefinisikan sukses? Menurut saya sukses itu adalah keberhasilan kita untuk meraih sesuatu yang menjadi tujuan kita. Tujuan itu bisa dibagi menjadi beberapa kategori yakni: Wealth (Finansial), Personal (Pribadi), dan Stuff (Barang). Tidak ada alasan khusus dalam pembagian tersebut namun hanya dimaksudkan untuk mempermudah kategorisasi semata. Contoh dari Wealth adalah akumulasi berapa banyak uang yang kita kumpulkan selama ini dari berbagai sumber yang meliputi pendapatan aktif (active income) maupun pendapatan pasif (passive income).  Sedangkan Personal adalah tujuan yang bersifat personal seperti kesehatan, keluarga, spiritual, pengembangan diri, dsb. Adapun yang dimaksud dengan stuff adalah barang-barang yang ingin kita miliki seperti rumah,tanah, mobil, gadgets, dsb.

Dari pengalaman saya, langkah terbaik dalam hidup adalah menentukan definisi sukses kita. Karena kalau tidak kita sendiri yang mendesain definisi tersebut maka bisa jadi orang lain yang akan melakukannya untuk kita yang tentu saja belum tentu sesuai. Saya termasuk yang percaya bahwa Tuhan menakdirkan setiap manusia lahir di dunia untuk sukses dalam semua aspek kehidupan. Namun karena filsafat dan pola pikir manusia-lah yang membedakan tingkat kesuksesan diantara satu orang dengan yang lainnya.  Oleh karena itu kesuksesan tidak ditentukan oleh latar belakang tertentu seperti suku, agama, ras, dan semacamnya namun sangat ditentukan oleh ANDA sendiri.  Menurut saya kita cukup beruntung lahir di Indonesia yang makmur, cukup aman, dan masih banyak potensi yang bisa dikembangkan. Kalau Anda masih saja mengeluh tentang hidup di Indonesia, mungkin ada baiknya Anda mencoba hidup di Irak, Afghanistan, Somalia atau di Bangladesh.

Seberapa sukses yang perlu kita raih? Menurut saya kesuksesan perlu diraih dengan segenap kemampuan terbaik yang bisa kita lakukan. Seperti pohon di hutan yang bertumbuh setinggi yang dia bisa maka demikianlah juga usaha yang perlu kita lakukan untuk meraih kesuksesan. Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup di dunia yang diberi kebebasan oleh Tuhan untuk menentukan seberapa jauh bertumbuh sedangkan tumbuhan dan hewan tidak memiliki keistimewaan tersebut. Keistimewaan tersebut merupakan berkat namun juga pada sisi lain bisa menjadi hambatan untuk melangkah maju mencapai titik optimal dari potensi yang kita miliki.

Salah satu definisi kesuksesan yang paling saya yakini adalah dari Jim Rohn, menurutnya sukses adalah “Success is not what you have, it is what you become” – “Sukses bukanlah apa yang Anda miliki, sukses adalah menjadi pribadi seperti apakah Anda”. Bila dimaknai dengan baik, kalimat tersebut memiliki makna yang sangat mendalam. Sukses lebih berupa hal-hal yang bisa mengubah pribadi Anda menjadi lebih baik, dan bukannya semata-mata apa yang Anda miliki dalam konteks harta benda saja. Dengan menjadi pribadi yang sukses maka kita memiliki seperangkat pengetahuan, pengalaman, sikap yang tidak akan lekang oleh waktu dan situasi apapun. Pola kesuksesan itu akan menyertai dalam setiap langkah kehidupan dan memastikan kita untuk terus tegar melangkah menghadapi setiap pasang surut kehidupan. — BHS03092013

Entrepreneurship adalah Pilihan

pilihanSaat ini sebagian orang berpendapat bahwa Entrepreneurship adalah satu-satunya pilihan untuk menjadi sukses dan bahagia dalam hidup. Hal tersebut umumnya dimunculkan dalam berbagai artikel, buku, majalah atau seminar-seminar yang berhubungan dengan Entrepeneurship. Namun saya kurang sependapat dengan ide tersebut, menurut saya menjadi pengusaha adalah sebuah PILIHAN. Saya menjadi pengusaha karena itu pilihan yang mulia dan sama mulianya dengan keputusan orang lain untuk menjadi karyawan, profesional, ataupun self-employed.

Menurut saya hal ini penting untuk dipikirkan karena dalam berbagai kuliah, pelatihan dan lokakarya yang saya ampu saya seringkali berinteraksi dengan peserta yang berpikir bahwa menjadi pengusaha adalah satu-satunya pilihan dalam hidup untuk bisa kaya, sukses, dan bahagia. Sering sekali saya berdiskusi dengan mereka yang ikut latah menjadi pengusaha sebagai akibat pemahaman yang kurang tepat mengenai esensi entrepreneurship. Tentu saja saya sepakat bahwa semua orang berhak dan pasti bisa berhasil menjadi pengusaha. Namun dengan memaksakan diri mengikuti tren menjadi pengusaha tanpa dibarengi dengan persiapan mental dan teknis yang memadai merupakan tindakan yang kurang bijaksana.

Selain itu saya berpendapat bahwa orang wajib happy dengan pilihannya untuk menjadi pengusaha. Kalau dari awal orang tidak bahagia dengan pilihannya sebagai pengusaha maka dia telah memikul beban tambahan yang makin memberatkan langkahnya untuk menjadi pengusaha yang sukses.

Berdasarkan hasil diskusi saya dengan beberapa rekan dan sahabat dalam sesi coaching, saya mengidentifikasi adanya pola yang membedakan mereka yang memilih menjadi pengusaha karena panggilan hidupnya dengan mereka yang menjadi pengusaha karena latah atau karena tren semata. Pada umumnya mereka yang memutuskan menjadi pengusaha karena pilihan hidupnya akan memiliki determinasi yang jauh lebih besar dibanding mereka yang latah. Determinasi menjadi faktor penting karena pada fase awal usaha pada umumnya timbul tantangan yang berpotensi mengikis motivasi kita. Pada titik tertentu bila tantangan tersebut hadir secara beruntun maka determinasi dan komitmen kita akan diuji. Fakta menunjukkan bahwa mereka yang menentukan pilihan hidup untuk menjadi pengusaha akan lebih tahan menghadapi tantangan yang ada dibanding mereka yang latah atau ikut-ikutan tren sesaat.Entrepreneurship jelas sebuah pilihan, jadi kalau Anda memang telah memilih dan memutuskan menjadi pengusaha maka pastikanlah Anda memilih dengan kepala dingin dan mengikuti kata hati Anda. Jangan sekali-kali pilihan tersebut Anda buat hanya karena Anda mengikuti kata buku ini, kata seminar, kata majalah, kata koran, kata pak anu, kata bu itu, dsb. Memutuskan menjadi pengusaha memiliki konsekuensi untuk mengubah secara radikal mindset (prinsip berpikir) dan lifestyle (gaya hidup) Anda. Oleh karena itu sekali Anda memilih untuk menjadi pengusaha, maka Anda wajib berkomitmen untuk berpikir dan bertingkah laku sebagai seorang pengusaha.

Salah satu contoh paling riil dari hal tersebut adalah fenomena Kafe Tenda di sekitar awal 2000an. Waktu itu banyak orang berbondong-bondong mengadu peruntungan bisnis mereka dengan membuka kafe tenda, mereka datang dari berbagai macam golongan mulai dari pekerja kantoran, pejabat, hingga para artis. Selain kafe tenda banyak lagi contoh seperti Kedai Pisang Goreng Kalimantan atau fenomena franchise berbagai macam jenis usaha. Namun sekarang berapa banyak yang bisa bertahan?

Mereka yang mendirikan usaha karena ikut-ikutan tren sesaat akan dengan mudahnya memutuskan untuk balik kanan dan melarikan diri dari tantangan yang ada. Lain halnya dengan mereka yang memang memutuskan membuka kafe karena passion-nya. Salah satu yang bertahan (dan semakin sukses) adalah rekan sekaligus mentor saya, Rene Canoneo, yang membuka kafe karena itulah panggilan hidupnya. Rene bisa bertahan dan sukses karena baginya menjadi pengusaha adalah pilihan hidup yang dipilihnya, bukan karena mengikuti kata orang atau tren sesaat.

Kesimpulannya, pastikanlah bahwa keputusan menjadi pengusaha merupakan PILIHAN Anda sendiri dan Anda wajib bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pilihan tersebut. Bukan karena bujuk rayu dari buku ini, menurut seminar, kata Pak Anu, Bu Itu, artikel koran, majalah, dsb. – @BHS


NLP Series-S.W.I.S.H Pattern

Salah satu pattern atau teknik dari NLP (Neuro Linguistic Programming) yang paling sering saya gunakan adalah SWISH Pattern. Kenapa? Karena teknik ini sangat mudah dilakukan oleh siapapun bahkan oleh mereka yang sama sekali belum mengenal NLP. SWISH Pattern sangat efektif untuk menghalau segala macam pikiran-pikiran negatif yang seringkali menyesakkan kita.

Presuposisi atau Prinsip Berpikir yang mendasari teknik ini adalah “The map is not the territory” alias “menu bukanlah makanan sesungguhnya” atau bisa dijabarkan bahwa pada dasarnya kita tidak bereaksi langsung terhadap REALITAS namun kita bereaksi terhadap PERSEPSI kita tentang realitas. Nah, disini kuncinya, karena kita hanya berhubungan dengan persepsi maka selama kita bisa mengelola persepsi maka kita bisa mengatasi pikiran-pikiran negatif yang menekan.

Terdapat bermacam-macam varian dari SWISH Pattern yang merupakan hasil pengembangan dari para developer NLP. Namun untuk alasan kepraktisan dan kemudahan maka saya akan menampilkan SWISH Pattern Classic dari Richard Bandler, Co-Founder NLP.

1. Pilihlah sebuah pikiran negatif yang menekan Anda dan buatlah menjadi gambar yang tidak bergerak (still picture). Imajinasikan gambar itu menjadi besar dan terang yang mewakili tekanan perasaan tersebut. Sisihkan untuk sementara dan beri nama gambar “TEKANAN”.

2. Pikirkan suatu situasi dimana Anda merasa memiliki kendali penuh (KONTROL) atas diri Anda dan memiliki semua pilihan yang diperlukan. Buatlah gambaran tersebut menjadi sangat nyata (vivid) dan ambil gambarnya (still picture). Sisihkan untuk sementara dan beri nama gambar yang “DIINGINKAN”.

3. Ambil gambar “TEKANAN” tersebut dan posisikan gambar buram dari gambar “DIINGINKAN” pada sudut kiri bawah. Seperti posisi insert dalam foto di surat kabar atau majalah. Lantas buat gambar yang terang dan besar (gambar TEKANAN) itu tiba-tiba menjadi gelap, lalu gambar kecil dan buram (gambar DIINGINKAN) secara bersamaan membesar untuk menggantikannya dan semakin lama semakin besar dan terang.

4. Lakukan proses ini selama 5-6x secara berurutan dan cepat. Ucapkan SWISH! pada setiap prosesnya. Setelah itu buka mata Anda sedetik setelah setiap giliran.

5. Test untuk melihat hasilnya.

Top Tips:
– Kecepatan proses SWISH.
– Test dengan memunculkan gambar “TEKANAN”, pada umumnya gambar tersebut akan semakin sulit muncul setelah proses tersebut.
– Coba berkali-kali sampai Anda menguasai teknik ini.

Selamat Mencoba! @Betley140912010

NLP Series-Well-formed Objectives

Sebagai seorang praktisi Neuro Linguistic Programming (NLP), saya berkesempatan untuk mempelajari salah satu teknik paling powerful dari NLP, yakni teknik Well-formed Objective (Tujuan yang dibentuk dengan baik). Teknik tersebut membantu kita untuk menentukan tujuan, baik tujuan yang sifatnya Ultimate maupun Intermediate, dengan lebih efektif. Selain aplikatif dalam kehidupan sehari-hari, teknik ini juga sangat mudah dipraktekkan. Meskipun terdapat banyak sekali paparan yang disampaikan oleh developer NLP, namun pada bagian ini saya akan fokus untuk menyampaikan teknik orisinal yang disampaikan oleh “Bapak NLP”, Richard Bandler.

1. Nyatakan dalam Kalimat POSITIF

Pada dasarnya otak kita tidak mengenali kata-kata yang sifatnya negatif (tidak, jangan, bukan, dsb). Oleh karena itu alih-alih menentukan tujuan “tidak mau miskin” maka nyatakanlah tujuan Anda dengan “memiliki kekayaan senilai sekian rupiah”. Pastikan bahwa Anda memiliki keyakinan penuh terhadap tujuan Anda tersebut.

2. Tujuan Berdasarkan INISIATIF dan KONTROL Diri Kita Sendiri

Tujuan yang Anda tentukan hendaknya dimulai oleh dan dipertahankan pelaksanaanya oleh Anda sendiri. Dalam konteks NLP, pihak yang bertanggungjawab dalam setiap tindakan adalah “saya” dan bukannya orang lain. Tujuan yang tergantung oleh orang lain bukanlah tujuan yang well-formed. Definisikan juga sumber daya (resources) dan perilaku (behaviour) yang Anda perlukan guna mencapai tujuan tersebut. Gunakan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk membantu Anda:

§  Apa yang bisa dan akan Anda lakukan untuk mencapai tujuan tersebut?

§  Apakah langkah pertama yang Anda lakukan untuk memperoleh yang Anda inginkan?

§  Bagaimana Anda dapat memperoleh apa yang Anda perlukan untuk mencapai tujuan Anda?

3. Tetapkan Tujuan dalam Kalimat yang Mendayagunakan INDERA Kita.

Tujuan yang efektif wajib didefinisikan dan dibuktikan dengan keseluruhan indera kita. Setidak-tidaknya adalah VAK yang meliputi indera penglihatan (Visual), pendengaran (Auditory), dan perasa (Kinesthetic). Hal ini penting karena hal ini memotivasi Anda untuk mencapai tujuan yang Anda tetapkan. Gunakan pertanyaan berikut untuk membantu Anda:

§  Apakah yang Anda LIHAT sewaktu tujuan tersebut telah tercapai?

§  Apa yang Anda DENGAR ketika tujuan terwujud?

§  Apakah yang Anda RASA ketika Anda telah mencapai tujuan tersebut?

§  Kapan dan dimana tepatnya?

4. Cek EKOLOGIS Terhadap Diri Kita Sendiri maupun Orang Lain

Tujuan yang telah ditetapkan wajib mendukung keseluruhan ekosistem yang ada dan selaras dengan kepentingan diri kita sendiri, keluarga, teman, orang lain, dan bahkan kepentingan seluruh umat manusia. Semaksimal mungkin Anda wajib memilih tujuan yang sifatnya win, win, win untuk seluruh pihak yang terlibat. @Betley14092010

Kenapa Anda Perlu Tujuan?

Seringkali saya mendengar teman berbicara tentang “my life flows like water to the sea of life” atau biarlah hidup mengalir seperti air menuju sungai kehidupan. Sebagian dari mereka menjalani hidup dengan pasrah layaknya berjalan di padang pasir tanpa peta dan kompas sebagai penunjuk arah. Setiap hasil positif yang diperoleh dimaknai sebagai suatu keajaiban yang sama sekali tidak bisa diprediksi.

Namun pada sisi lain kalau kita telaah dengan lebih seksama, hampir semua ajaran agama dan spiritualitas yang pernah saya ketahui menyampaikan bahwa hendaknya manusia memiliki tujuan yang spesifik dalam menjalani hidupnya. Tujuan tersebut berupa tujuan spiritualitas maupun non spiritualitas seperti tujuan dalam bermasyarakat, berkeluarga, berbisnis, dsb.

Dalam konteks entrepreneurship, terdapat beberapa penjelasan dari Robert (2007, hal 72) tentang perlunya tujuan hidup yang spesifik yang relevan, diantaranya ialah:

– Tujuan membuat Anda tetap FOKUS.

– Tujuan memberi Anda sesuatu untuk DIRAIH.

– Tujuan membuat ide-ide dan SOLUSI terus mengalir.

– Tujuan membuat Anda ANTUSIAS.

– Tujuan memberikan gambaran RUTE dalam kehidupan.

– Tujuan memberikan ARTI dalam hidup Anda.

– Tujuan membantu Anda untuk tetap PRODUKTIF.

– Tujuan memberikan KEJELASAN dalam pembuatan keputusan.

– Tujuan menyediakan ALAT UKUR dalam mempertimbangkan suatu ide.

– Tujuan membantu Anda untuk tetap TERORGANISIR.

– Tujuan membantu Anda untuk MEMPROMOSIKAN diri Anda kepada orang lain.

– Tujuan membantu Anda MENILAI produktifitas dan efektifitas Anda.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa memiliki tujuan yang spesifik dan TERTULIS akan sangat membantu Anda untuk menyusun peta jalan sukses (success roadmap) Anda. @BHS01092010

Catatan Kecil Soal Objective

“If you don’t have daily objectives, you qualify as a dreamer.” ~ Zig Ziglar

directionBeberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk pulang ke kampung saya di daerah Jawa Tengah, tujuan utama saya adalah berziarah ke makam leluhur. Selain mendoakan beliau-beliau yang sudah lebih dulu berpulang, kegiatan di kuburan selalu menjadi momen yang penting bagi saya. Menurut saya konsep perziarahan dalam konteks Jawa sangatlah penting, karena bila direnungkan lebih dalam sebenarnya berziarah membawa banyak hal yang esensial dalam kehidupan kita, yaitu: 1) Penghormatan kepada leluhur. 2) Sarana untuk berkumpul dengan keluarga besar, dan 3) Menyadarkan kita akan makna kematian, bahwa cepat atau lambat kita akan menyusul mereka. Dengan senantiasa menyadari fakta bahwa hidup manusia ada batasnya, maka hal itu menjadi semacam “wake up call” bagi saya untuk jangan pernah sekali-kali menyia-nyiakan waktu yang masih saya miliki. Orang bijak bilang “Life is so short, and it will end someday“.

Selain ziarah, saya menyempatkan bertemu dengan beberapa rekan dekat semasa saya masih bersekolah dulu. Banyak teman yang telah menemukan jalan hidupnya dengan baik dan memperoleh kebahagian, namun masih banyak juga yang sampai saat ini belum menemukan jalur yang tepat untuk membuatnya hidup dengan bahagia. Saya tidak pernah mendefinisikan kebahagiaan hidup itu identik dengan berapa banyak harta yang kita miliki. Karena saya percaya bahwa harta (baca uang) sejatinya hanyalah impact dan bukanlah tujuan akhir dari pencarian dalam hidup saya. Namun tidak bisa dimungkiri bahwa hampir semua teman yang datang untuk diskusi dengan saya memiliki permasalahan yang relatif klasik. Mereka telah terjebak dengan suatu “rat-race” alias “balapan tikus” dimana seolah-olah semakin keras mereka bekerja-keras dan berusaha maka hasilnya bisa dibilang tidak mencukupi kebutuhan mereka. Meski telah mengayuh roda kehidupan sekeras mungkin, namun faktanya mereka tidak sampai kemana-mana alias tetap disitu-situ saja. Dengan nada yang pilu ada beberapa rekan yang terang-terangan mengaku telah frustasi dengan hidup mereka dan tak tahu harus bagaimana lagi guna mencukupi kebutuhan mereka, baik kebutuhan jasmaniah maupun rohaniah. Lantas bagaimana?

Waktu saya tanyakan ke rekan-rekan tersebut tentang tujuan hidup mereka ternyata jawaban yang saya peroleh sungguh diluar perkiraan saya. Mereka umumnya hanya menyebut bahwa tujuan mereka hanyalah mendapatkan uang sebanyak mungkin guna mencukupi kebutuhan hidup mereka. Uang memang penting dan merupakan salah satu faktor pendukung utama bagi kita guna mencapai kebahagiaan. Namun menjadikan uang sebagai satu-satunya tujuan kita tanpa memikirkan aspek lainnya dalam proses memperoleh uang tersebut menurut saya kuranglah tepat.

Disini saya tidak akan masuk ke ranah rohaniah (apalagi Illahiah) karena memang saya bukanlah seorang ahli agama atau seorang alim-ulama yang layak untuk memberikan nasehat bijak soal ilmu kehidupan. Namun dengan sedikit pengalaman saya dalam berbisnis, maka saya akan mencoba membahas proses menuju kebahagiaan dalam aspek pemenuhan kebutuhan fisik. Tentu saja hal ini merupakan versi berdasarkan pengalaman hidup saya dan mohon jangan dipandang seperti suatu “resep sukses” karena memang hal ini bersifat sangat personal dan memerlukan suatu pencarian (quest) yang intens oleh kita sendiri sampai akhirnya kita menemukan jawaban tentang apa yang kita cari. Disini saya hanya mencoba menyampaikan suatu pemicu (trigger) untuk merangsang Anda berpikir tentang suatu hal yang menurut saya sangat essensial dalam kehidupan namun seringkali terlewatkan.

Kali ini saya akan coba mengulas lagi tentang OBJECTIVE. Dalam bahasa Indonesia, OBJECTIVE diartikan dengan tujuan, sama artinya dengan GOAL, TARGET, AIM, dsb. Namun sebenarnya objective memiliki makna yang lebih dalam dan lebih spesifik. Oleh karena itu saya akan menggunakan istilah Objective dibanding tujuan. Objective yang sempurna hendaknya bersifat SMART (spesific, measurable, achievable, realistic, time-bounded), yakni bahwa tujuan yang sempurna itu semestinya berupa sesuatu yang spesifik, terukur, reliastis dan masuk akan, serta memiliki jangka waktu yang jelas. Berdasarkan hasil observasi saya terhadap orang-orang yang berhasil dalam hidupnya, saya menyimpulkan bahwa mereka memiliki suatu persamaan yang sangat jelas, yaitu mereka memiliki objective yang sangat kuat dan konsisten untuk mencapai tujuan tersebut. Objective yang kuat telah mengandung makna SMART dan telah dideklarasikan secara jelas dan terbuka dalam diri mereka sendiri. Sedangkan konsisten mengandung makna bahwa objective tersebut dijalankan dengan determinasi yang sangat tinggi atau singkatnya akan berusaha diraih dengan segala macam cara yang mungkin dan halal tentunya. Kombinasi hal itu yang secara terus-menerus dilaksanakan akan mendorong seseorang untuk berusaha jauh lebih giat dengan menggunakan segenap potensi yang dia miliki guna mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.

Untuk memperjelas tentang konsep objective, maka akan saya coba terapkan makna objective dalam konteks permainan sepak bola modern (mohon maaf bagi mereka yang kurang suka sepak bola). Objective dalam konteks sepak bola adalah menciptakan gol atau memasukan bola ke gawang lawan. Untuk menciptakan gol ke gawang lawan maka kita memerlukan STRATEGI, atau serangkaian usaha dan cara guna mencapai tujuan. Dalam sepakbola strategi bisa berupa pola 3-5-2 atau 4-3-3 dan sebagainya tergantung dari analisis kita terhadap kekuatan lawan. Namun strategi saja tidak cukup karena sifatnya masih high-level dan perlu ditunjang dengan TAKTIK yang sifatnya lebih operasional. Dalam sepak bola taktik dapat berupa taktik serangan balik, taktik bola-bola pendek, dsb. Dengan menerapkan strategi dan taktik yang pas serta menjalankannya dengan konsisten maka untuk menciptakan gol ke gawang lawan bukanlah perkara yang sulit. Meski terasa mudah disampaikan namun menemukan strategi dan taktik yang pas bukanlah pekerjaan yang ringan, hal tersebut membutuhkan ketekunan, daya tahan, keuletan, kemampuan membaca peluang, dan kerja keras secara konsisten

Secara garis besar demikianlah konsep objective. Meski terasa sepele namun berdasarkan pengalaman saya hal tersebut akan sangat menentukan tingkat kesuksesan seseorang. Coba bayangkan bila Anda tidak menerapkan strategi dan taktik yang tepat, maka bisa dipastikan Anda tidak akan mampu mencapai objective dan besar kemungkinan akan mengalami kekalahan.Dalam konteks bisnis, meskipun jawaban dari para narasumber saya tentang kunci kesuksesan bisa berbeda-beda, namun bisa saya simpulkan bahwa untuk bisa sukses ada 3 (tiga) syarat penting yang mutlak dimiliki: 1) Mengetahui objective kita. 2) Tahu bagaimana mencapai objective tersebut. 3) Melakukan hal tersebut dengan konsisten dan terus menerus. Saya memiliki objective yang jelas akan hidup saya, sudahkah Anda memilikinya?

Say YES to SUCCESS! @Betley200809